Friday, November 25, 2011

TAK SERUPA EKSPEKTASI


Dulu saya kira keputusan saya untuk pindah adalah pilihan terbaik yang bisa saya ambil. Saya ingin melupakan semua, membiarkan cangkir-cangkir hati saya kosong kembali, dan menumpahkan seluruh kenangan dalam jejak masa lalu. Saya ingin bertransformasi menjadi orang baru dan memulai lagi dari titik terendah. Itu semua tidak mudah untuk membangun kembali tanpa pondasi.

Saya ingin melupakan diri saya yang dulu tak tahu apa-apa, dan dengan polosnya mencoba menatap dunia. Saya belajar dan melakukan segalanya hampir sendirian, bukan karena saya ingin, tetapi lebih karena saya terpaksa sehingga menjadi kebiasaan. Saya dulu membayangkan, dengan pindah dan mencoba mencuci hati saya, saya tidak akan sendiri lagi. Sendirian itu tidak mudah dan sangat melelahkan. Namun ternyata hidup baru ini tak serupa ekspektasi, hambar.

Dan saya lupa bahwa saya belum tentu cocok dengan orang-orang baru. Walau begitu saya ternyata bisa sedikit beradaptasi, meski terkadang saya merasa masih belum nyaman. Mungkin sekarang saya sedang memasuki titik jenuh. Saya sedang ingin pergi lagi.

Pada awalnya saya kira hidup di tempat baru akan memberikan warna lain selain hitam dan putih, warna pada masa lalu saya. Saya memang mendapat warna baru, abu-abu. Suram ya, haha *menghibur diri.

Ah, tapi tidak juga kok. Saya terkadang menemukan warna merah dan kuning yang tidak sengaja terselip. Terutama saat saya melihat ke dalam matanya. Mata sewarna malam, namun biasnya mampu memberikan warna lain. Walaupun pindah ternyata bukan jalan yang terbaik, namun ada satu sisi baiknya. Bila saya tidak pindah, saya tidak akan pernah menemukan mata sewarna malam itu.
"Cobalah berpikir positif na, di tempat baru pasti ada cerita baru kan. Adventure is out there . . ."
*Menyemangati diri

No comments:

Post a Comment