Wednesday, November 14, 2012

SEMOGA

Saya boleh teriak ga?

Saya pengin teriak keras-keras sampai guling-guling karena kecapekan. Rasanya otak saya kepenuhan dan isinya udah meluber kemana-mana. Nah, saya yang bingung nyari wadah buat luberan isi "otak" malah jadinya cuma bengong-bengong doang, bingung mau ngapain.

Sudah beberapa waktu ini banyak hal yang saya lakukan dan pada akhirnya malah tidak berguna dan menghasilkan apa-apa, useless. Jadinya saya juga sempat uring-uringan ga jelas. Apalagi kalau ingat dengan deadline hawe (LPM Hayamwuruk), tema majalah dan proposal skripsi. Kepala saya rasanya kayak ditumpuki batu-batu kali yang berat banget. Dan ga tau kenapa, akhir-akhir ini di pikiran saya cuma ada dua hal; Hawe dan (calon) skripsi, hmm...

Nekat ga sih, saya yang sudah termasuk angkatan tua, sudah mulai persiapan skripsi tapi masih (mencoba) tetap aktif di organisasi . . .
Ah, toh pada awalnya saya saja yang kepedean, yakin bahwa saya pasti bisa untuk menghandle semuanya. Tapi ternyata saya salah, pada akhirnya juga saya malah kewalahan sendiri untuk membagi pikiran.

Saya butuh liburan, kayaknya. Penginnya sih pergi ke laut atau gunung, atau minimal pergi dari kota mimpi, walaupun tujuannya masih ga jelas. Dan dari beberapa minggu yang lalu sebenarnya saya sudah punya banyak rencana untuk pergi-pergi, termasuk pada hari libur nasional di minggu ini. Tapi, tapi, semua rencana malah gagal. Ada saja hal-hal di luar dugaan yang datang silih berganti. Sementara saya sudah beberapa kali membatalkan acara luar kota yang tidak terlalu saya prioritaskan, jadi menyesal rasanya. Ah, sepertinya saya memang ga ditakdirkan untuk rehat sejenak deh... :(

Ga tau kenapa minggu-minggu ini kebanyakan yang saya lakukan berujung pada satu kata: useless. Semoga minggu-minggu kedepan apa-apa yang saya lakukan tidak lagi berujung pada kata useless . . .

Ya, semoga.

Sunday, November 4, 2012

DUNIA ANTARA

Orang-orang datang, orang-orang pergi. Tak ada yang menetap selain bekas yang ditinggalkannya. Entah itu berbentuk memori, luka atau kenangan.

Beberapa waktu ini saya merasa diri saya sedang bermasalah. Bahkan karena terlalu berat memikirkannya,  saya sering mual-mual ingin muntah, sakit perut, hingga demam di malam hari. Ada banyak hal yang mempengaruhi mood saya akhir-akhir ini. Saya pikir setelah saya pulang dan rehat sejenak, masalah saya bisa berkurang. Memang iya, saya tidak terlalu memikirkan masalah-masalah itu, tapi entah kenapa ada satu-dua hal yang malah membuat saya semakin bermasalah. Ternyata tidak semudah itu ya untuk membentuk lupa.

Saya bingung, dan saya banyak mempertanyakan banyak hal. Segala hal terasa samar dan tak teraba. Saya merasa banyak hal yang berubah dari diri saya, dan saya kewalahan menghadapinya. Jadinya saya lebih sering merasa bingung untuk melakukan apa. Lalu saya harus bagaimana untuk mengerti keadaan? Sementara masalah-masalah saya muncul silih berganti saat saya bertemu dengan orang-orang yang justru dari merekalah saya mengharapkan penyelesaian untuk banyak masalah saya.

Saya merasa sangat sepi kali ini. Sepi yang berbeda dari biasanya. Saya yang merasa tidak sanggup pada akhirnya berusaha mencari orang lain, minta ditemani. Saya merasa kali ini jika saya sendirian saya akan meledak. Tapi tidak semua hal bisa saya ungkapkan ke orang lain, dan pada akhirnya yang saya lakukan adalah berdiam diri. Saya masih belajar untuk menerima, untuk melepaskan, walaupun saya tahu konsekuensi dari proses itu. Konsekuensi yang setara dengan kehilangan salah satu bagian dari diri saya.

Kata seorang teman yang menjadi salah satu tempat saya mengadu, saya sedang berada di dunia antara. Dalam artian saya masih bingung untuk memutuskan akan jadi apa diri saya. Saya yang begini adanya, menjadi diri sendiri, atau menjadi apa yang diharapkan oleh orang lain. Sementara hampir sepanjang hidup saya, saya sering dipaksa untuk menjadi orang yang diharapkan orang lain. Mungkin saya lebih mirip robot yang dibentuk oleh orang-orang di sekitar saya. Saya lelah, teramat sangat. Semenjak dulu pun saya sudah terbiasa untuk memberontak dan melarikan diri. Karena ego membuat saya tidak ingin menjadi siapa pun. Saya hanya ingin bebas menjadi diri apa yang saya inginkan tanpa ada yang mendikte. Tapi konsekuensi dari hal itu adalah saya akan terus mengalami kesepian. Dan saya benci itu.

Masalah saya nyatanya tidak memiliki jalan untuk selesai. Tapi saya harus memilih, bukan? Dan itu tidak mudah, karena apapun jalan yang saya pilih nyatanya akan membunuh satu bagian dari diri saya, entah apa.

Pertanyaannya adalah, sudah siapkah saya?