Monday, May 26, 2014

Percaya

Seseorang secara tidak sengaja - secara tidak langsung - secara paksa - secara tidak sadar telah mengajari saya untuk tidak mempercayai janji orang lain, karena begitu banyaknya orang yang lalai dan mudah berjanji. Begitu pula orang yang mengajari saya itu. Ia dan saya sering berjanji untuk satu sama lain, tapi ia sendiri yang membatalkan dan melupakan janji itu, atau bahkan mengalihkan janji itu untuk orang lain. Menyakitkan memang. Dan setelahnya saya tidak mau menaruh harapan pada kepastian. People are too cruel. There're forgetting their promises easily without hesitate.

Tapi sejujurnya saya masih ingin mempercayai. Saya masih mempertahankan keyakinan bahwa di dunia ini masih ada orang yang benar-benar baik dan amanah terhadap omongan maupun janji. Saya tidak ingin kehilangan seluruh rasa kepercayaan dan keyakinan saya. Saya masih ingin percaya dan merasakan kegembiraan ketika sebuah janji benar-benar ditepati. Ah, saya memang harus belajar untuk menghilangkan prasangka buruk.

Sunday, May 25, 2014

Hidup dan Waktu

Salah satu hal yang paling saya sukai dari dini hari adalah matahari terbit. Kalau saya sedang berada di rumah orangtua, saya paling suka naik ke atas atap rumah setelah shalat subuh. Saya suka memandangi langit, dan saa-tsaat itu udara masih terasa dingin menusuk. Dingin yang bagi saya bisa mampu mengembalikan kesadaran. Mungkin saat-saat itu adalah salah satu waktu yang bisa membuat saya benar-benar merasakan "rumah", merasakan kenyamanan dan merasa sangat hidup.

Bagi saya, hidup selalu rumit. Tapi bukannya saya ingin mempersulit atau merumit keadaan. Hanya saja saya merasa hidup itu terlalu banyak berisi misteri, berisi rahasia. Bahkan waktu satu detik pun dapat merubah segala hal, merubah keputusan, dan saya telah beberapa kali mengalami hal itu. Telah beberapa waktu ini saya belajar untuk tidak memiliki pengharapan yang terlalu tinggi untuk hal-hal yang saya rasa belum pasti. Mungkin bagi orang lain sikap saya ini dianggap sebagai sikap pesimistik, walaupun menurut saya bukan itu poinnya. Saya tidak mau menjadi orang sombong yang terlalu percaya diri sehingga melupakan hal lain yang lebih berkuasa, yaitu waktu dan Tuhan. Maka sebagai manusia, saya memilih untuk pasrah setelah berusaha, serta menyiapakan mental untuk kemungkinan terbaik dan terburuk.

Akhir-akhir ini banyak orang yang bertanya pada saya yang intinya berkisar pada pertanyaan "kamu mau melakukan apa?". Jujur saja saya bingung untuk menjawabnya. Saya punya beberapa keinginan dan tujuan yang ingin saya capai, tapi keinginan saya itu bersifat sangat pribadi dan tidak berhubungan dengan pekerjaan yang berorientasi pada uang. Sedangkan kebanyakan orang berpikir bahwa keberhasilan itu baru tercapai jika memiliki pekerjaan  bergengsi dengan gaji melimpah. Tapi pikiran saya tidak seperti itu. Saya ingin melakukan hal-hal yang bisa memuaskan rasa "lapar" di diri saya. Tapi sayangnya, saya belum tau pasti jenis "pekerjaan" apa yang harus saya ambil untuk memenuhi keinginan dan tujuan saya.

Apa saya egois? Bisa jadi. Ibu saya sering mencoba mengarahkan saya untuk melakukan suatu hal yang ia inginkan, tapi saya tak pernah mau jika hal itu tidak sesuai dengan apa yang ingin saya lakukan. Setelahnya terkadang saya melihat raut kecewa di wajah ibu saya, walaupun ia berusaha untuk menutup-nutupinya. Saya sedih melihatnya, tapi saya juga tidak mau menjadi orang yang merasa terjebak.

Yah, walau bagaimanapun, meskipun saya memiliki beribu keinginan, tidak ada satupun yang memiliki kepastian untuk dapat saya alami atau jalani. Hidup dan waktu memang penuh rahasia, bukan? Dan saya memang harus sudah siap untuk menanggung segala risiko.

Monday, May 12, 2014

Morning!

I'll live happily,

meskipun kau mencoba menjatuhkanku dengan berbagai cara.

:)