Sunday, November 30, 2014

Random

Hujan. Tiba-tiba saya rindu membaca buku tanpa keterburuan yang memaksa, ditemani sepiring pisang goreng dan segelas teh manis hangat. Di tengah perantauan, saya ingin pulang. Saya rindu "rumah".

Wednesday, November 26, 2014

Siapa yang Tahu

Siapa yang tahu hati perempuan?
Perempuan, ia pandai melukis dan bersandiwara.
Ia dapat begitu terbuka, namun pandai menutup diri dan mengunci hati.
Ia bisa sehangat matahari pagi dan sedingin tatapan mati.
Ia begitu hidup, dan juga mati.

Siapa yang tahu hati perempuan?
Ah, bukankah hati adalah milik masing-masing orang, katanya...

Kesadaran

"kehilangan itu lebih menyakitkan pada prosesnya, bukan pada suatu hal bersifat kebendaan sebagai obyeknya. Melainkan pada kesadaran bahwa manusia telah mengalami kehilangan. Jika kesadaran itu tidak ada, kenyataan mengenai hilangnya sesuatu tidak akan terasa menyakitkan..."

Saturday, November 8, 2014

Hebat

"Perempuan itu bisa hebat, dengan caranya sendiri. Termasuk kamu..."

Wednesday, November 5, 2014

November Rain

Malam ini, untuk kesekian kalinya, saya berada dalam suatu perjalanan kereta. Menuju ke barat tepatnya, ke sebuah kota yang begitu rimba bagi saya. Sebuah kota yang, jika saya boleh memilih, tidak saya minati untuk menjadi tempat saya untuk "pulang".

Malam ini, dalam sepenggal perjalanan saya, hujan turun dengan derasnya. Ini hujan pertama di bulan November untuk saya. Hujan ini membuat saya kembali memeras memori. Kenangan akan hal-hal yang dulu begitu menyenangkan, hingga kenangan tentang hal-hal yang hingga kini masih sulit untuk saya bicarakan. Ada alasan tertentu, pada setiap hal yang tidak terungkapkan. There are words, better unheard, better unsaid...

Seperti biasa, saya suka perjalanan kereta, karena saya bisa mengamati berbagai macam orang. Kali ini, di depan saya duduk seorang ibu muda, beserta seorang anak perempuannya yang masih balita. Tidak ada yang aneh dari kedua orang tersebut. Akan tetapi, saya melihat suatu hal yang luar biasa darinya: cinta.

Tak banyak memang yang bisa saya ceritakan, selain bahwa ibu muda itu meladeni anaknya yang sedang rewel di sepanjang perjalanan. Tapi dari situ saya menemukan cinta, dimana seorang perempuan muda mengorbankan satu bagian besar hidupnya untuk satu makhluk kecil yang pasti akan memberikan sebentuk kesedihan dan kebahagiaan yang nyata. Ia memiliki alasan dan tujuan, dan terikat dengan cintanya. Sementara saya di sini masih berlarian tak tentu arah, mencari hal-hal yang belum pasti, atau bahkan tak memiliki ujung kepastian.

Seperti hujan, yang akan kembali menjadi laut. Akankah saya menemukan hal yang sama?