Wednesday, April 30, 2014

Graduation

Setidaknya, ada moment baru yang bisa dikenang :)





Another Step

"Haha, iya. yah, manusia kan senang membuat kenangan. Jadi ketika sudah di dunia nyata, manusia perlu media untuk kembali ke dunia fana, atau singkatnya, ngelamunin masa lalu, hehehe..."

Perkataan itu adalah sepenggal percakapan saya dengan salah satu teman jauh saya. Jauh, karena memang kami belum pernah bertatap muka langsung karena tidak ada kesempatan. Sejak tadi pagi kami asyik mengobrol tentang wisuda via chat "mukabuku". Kebetulan momentnya pas, karena tanggal 25 dan 29 April lalu saya diwisuda, dan sekarang saya resmi menyandang titel S. Hum. sekaligus "pengacara" (pengangguran banyak acara, hehehe).

Teman saya itu berpendapat bahwa acara wisuda itu useless. Aneh katanya, sebab melepas pengangguran kok pakai dirayakan. Dipikir-pikir, memang ada benarnya juga teman saya itu. Toh rasa senangnya cuma dirasakan pada saat acara wisuda berlangsung. Beberapa hari kemudian saat mulai kembali pada kenyataan hidup, baru para mantan mahasiswa itu kebingungan, termasuk saya. Bingung karena dihadapkan pada beberapa pilihan yang memang belum dapat menawarkan kepastian apa-apa; akan melamar kerja, berwirausaha, meneruskan studi, atau bersenang-senang menjadi "pengacara". Saya sendiri sepertinya akan memilih opsi ketiga, dengan segala resikonya.

Berbicara soal resiko, untuk melanjutkan kuliah bagi saya perlu pemikiran dan perenungan yang matang. Masalah paling krusial tentu saja adalah waktu dan biaya. Saya perempuan, dan sekarang umur saya sudah duapuluhdua. Bagi masyarakat kebanyakan, seumur saya itu sudah pantas untuk mencari jodoh. Bohong kalau saya bilang saya tidak memikirkan hal itu. Tapi saya juga masih ingin menjalani dan mengalami berbagai hal yang saya tahu akan sulit tercapai bila saya sudah menikah. 

Masalah kedua adalah biaya. Saya belum sanggup membiayai sekolah pascasarjana saya sendiri, karena saya memang belum bekerja. Palingan saya cuma ikut proyekan, atau mencari pekerjaan part time. Soalnya, setahu saya jadwal kuliah S2 di universitas tujuan saya begitu padat, sehingga sulit untuk mencari pekerjaan yang menggunakan jam kantoran. Apalagi ketika mencari beasiswa, saya belum menemukan beasiswa yang pas dengan jurusan yang akan saya ambil. Apakah saya masih harus bergantung pada orang tua? Kedua orangtua saya memang masih sanggup untuk membiayai, tetapi sebagai anak sulung, hal itu memberikan beban moral yang sangat besar bagi saya.

Dan masalah terakhir adalah kesiapan diri. Jika orang lain mempermasalahkan "otak", bagi saya masalah mental dan moral adalah yang terpenting. Tetapi, sejak dulu saya berusaha meyakinkan diri saya untuk tidak takut. Bagi saya, memang akan ada hal yang dikorbankan untuk mencapai segala sesuatu. Maka yang harus saya lakukan hanyalah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terbaik, maupun terburuk.

Resiko dan masalah memang akan selalu ada. Tetapi semoga saya bisa melewati semua itu. Selamat datang ke dunia nyata, semoga saya tidak hanya dapat melangkah, tetapi juga berlari untuk mencapai keinginan-keingininan saya. :)

P.S. Semoga beberapa bulan lagi status saya sudah berubah menjadi mahasiswa kembali ya..

Monday, April 14, 2014

Kesempatan

Hal yang paling membuat dada saya sesak akhir-akhir ini adalah ketika mengetahui kenyataan bahwa ada suatu hal yang tidak bisa terjadi dalam hidup saya, karena saya memang tidak diberi kesempatan.

Bukannya tidak ada kesempatan, tetapi tidak diberi kesempatan. Ada perbedaan yang nyata di antara keduanya...