Monday, February 28, 2011

HAI JENDELA

Hai jendela . . .
Saya masih terlalu ragu untuk sekedar menjulurkan kepala melalui bahumu.
Saya terlalu takut, untuk melihat kenyataan di luar dunia saya.
Mungkin saya telah terlalu lama, terdampar dalam dunia mimpi . . .

Dalam satu waktu, sering saya membenci sekaligus mencintai rasa sepi yang kerap hadir, seperti saat ini . . .
Saya rindu menari bersamamu, hujan . . .
Saya rindu berlari bersamamu, angin . . .
Saya rindu bernyanyi bersamamu, matahari . . .
Telah lama saya menyibukkan diri, telah lama saya mencoba melupakan, tetapi mengapa rasa ini semakin menguat seiring dengan ketidakhadiranmu. Saya takut, rasa ini hanya menyisakan rasa sakit. Perpisahan ini sudah cukup menyakitkan, tidak perlu ditambah lagi dengan kesadaran akan kenyataan tentang rasa ketiadaan.

Ah, mengapa saya masih saja mengeluh, sementara di luar sana masih banyak orang dengan beribu gudang masalah yang lebih membutuhkan perhatian.

Hai jendela . . .
Saya masih takut untuk menjulurkan kepala saya melewati bahumu.
Tetapi, izinkan saya untuk mengintip sedikit saja ya di sela-sela ruas tubuhmu, agar saya bisa mengintip dunia . . .

Monday, February 21, 2011

SAYA, YANG SEDANG KACAU

Apa kau tahu, hakikat terlepas dan melepaskan?

Terlepas, adalah saat kau kehilangan sesuatu, namun kau tidak memahami arti ikhlas yang sesungguhnya. dan kau pun berlari, mengejar, menggapai, hingga merenggut paksa, atau mungkin pasrah terhadap kejamnya sang takdir.

Melepaskan, adalah ketika kau telah meresapi arti ikhlas yang sesungguhnya. kau ulurkan tanganmu, merenggangkan genggamanmu, membiarkan sesuatu itu hilang. dan rasa ikhlas itu akan meninggalkan kedamaian, yang menyelimutimu, menghangatkanmu. maka apa lagi yang kau rasa hilang, selain rasa sesak itu? beserta seluruh sesal dan dendam, yang telah terlarung waktu.

Ya Tuhan, dada saya sesak . . .

Bantu saya untuk ikhlas ya Tuhan, untuk ikhlas karena kehilangan saya, walaupun hingga kini saya masih belum mengerti suatu hal apa yang hilang, hingga mampu menciptakan lubang hampa dalam hati saya.

Saya rindu untuk bersujud padamu Tuhan . . .

Saya ingin berteriak, mengadu, berlari, merengkuh . . .

Namun saya tak bisa . . .

Ya Tuhan, maafkan saya yang hingga kini begitu egois, begitu sombong . . .

Maafkan saya yang teramat sering lupa, teramat sering khilaf . . .

Ya Tuhan, maaf . . .