Tuesday, May 28, 2013

Seandainya..

Terkadang yang paling membikin sesak bukan kehilangan seseorangnya, tapi rasa yang ikut terbawa. Seandainya melupakan jauh lebih mudah dari mengingat..






Seandainya...






~

Sunday, May 12, 2013

Feeling Guilty (?)

Saya sedang merasa bersalah pada beberapa orang, tetapi rasa-rasanya saya bukan berada dalam posisi yang patut dipersalahkan. Saya tak tahu harus berbuat apa sekarang..

Saturday, May 11, 2013

Orang yang Salah

*Pic taken from random googling*

Pernah pada suatu masa, saya bertemu dengan seorang laki-laki. Bisa dibilang ia menjadi salah satu orang yang begitu tulus pada saya. Selama beberapa lama saya tak melihatnya sebagai seorang "laki-laki". Bagi saya ia sama dengan teman saya lainnya. Namun selama itu ia hampir tak pernah melepas saya, dan selalu berusaha untuk menemani saya. Hingga akhirnya "hubungan" kami mulai mengendur. Setelah kami "berpisah", saya baru menyadari hal-hal apa saja yang telah ia lakukan untuk dan bersama saya. Saya kemudian sedikit menyesali perpisahan itu. Hanya saja yang paling saya sesalkan, saya tak pernah benar-benar membuat kenangan untuknya. Karena selama itu saya tak benar-benar meresapi kebersamaan kami. Hanya saja ia, yang pertama kali meninggalkan jejak bagi diri saya.

Pernah pada masa lainnya, saya dekat dengan seorang laki-laki. Kami saling "menggenggam" dan "menopang". Kami sama-sama memiliki kelemahan, namun kami juga sama-sama menguatkan. Hampir tak ada lagi rahasia diantara kami. Hingga pada akhirnya saya harus meninggalkan kota kami. Dan ia pun sempat mencetus ingin menyusul saya. Namun saya tak mau, karena ia sempat membuat suatu kesalahan yang tak bisa saya terima. Dan kini ia telah terikat secara sah dengan perempuan lain. Saya bahagia untuknya. Hanya saja kehadiran saya sebagai teman lama dianggap sebagai pengganggu bagi perempuannya kini. Ya, memang sudah saatnya kita berpisah bukan?

Pada masa berikutnya, ada seorang laki-laki yang datang ke kehidupan saya secara tak disengaja. Katanya, ia menganggap saya sebagai teman baiknya, dan melarang saya untuk jatuh hati padanya. Awalnya saya ingin tertawa, karena saya memang bukan orang yang mudah jatuh hati. Namun ternyata saya terlalu percaya diri saat itu. Ia berhasil meruntuhkan benteng yang sempat saya buat dengan caranya yang tak biasa. Selama itu pula, ia memperlakukan saya tak seperti sekadar seorang teman. Entahlah ia menganggap saya apa. Hanya saja saya rasa kami seperti saling mengorbit satu sama lain. Selama beberapa lama ia menguasai dunia saya. Ia membutuhkan saya dan saya membutuhkan dia. Bahkan dengannya, saya seperti menemukan diri saya yang sebenarnya. Namun hal yang paling menyesakkan adalah, saya menyadari bahwa saya baginya bukanlah orang yang tepat, dan ada banyak hal dalam dirinya yang tak bisa saya terima.

Selama beberapa waktu, ia berhasil membuat saya menangis. Ia bilang saya cengeng. Hanya saja ia tak tahu, bahwa saya memang sulit menahan diri ketika berurusan dengannya. Dalam pikiran terburuk saya, ia mungkin memang tak pernah benar-benar "memandang" saya. Dan pada akhirnya perpisahan hadir kembali. Saya menangis di depannya saat itu, karena saya merasakan kehilangan yang amat sangat. Saya berkata padanya bahwa saya tak bisa lupa padanya, walau betapa inginnya saya. Jika bisa pun, saya tak tahu, apakah saya masih bisa mengalami rasa sedalam itu terhadap orang lain..

Saya ingat, dia pernah berkata pada saya, urusan hati adalah urusan pribadi masing-masing orang..

Saya bukan orang yang tepat baginya, mungkin begitu pun dia bagi saya. Ia pernah bilang pada saya, suatu hari saya akan menemukan orang yang tepat, entah kapan. Dan saya pun sudah ikhlas dengan perpisahan itu. Pada akhirnya, saya harus bisa melepaskan, kan..

Tak Bebas?


*Pic taken from random googling*

"walau kemana pun kau ingin terbang, selamanya kau akan selalu terikat.."

Hai. Sudah cukup lama juga saya tidak menulis di jendela ini. Minggu-minggu kemarin saya terlalu sibuk dengan penelitian skripsi saya. Selain itu saya memang seperti ingin menghilang dulu, dengan menciptakan me-time yang sudah sekian lama tidak saya dapatkan.

Hanya saja saya menyadari suatu hal. Ketika saya sendiri itu rasanya begitu dingin. Pikiran saya tenang, hanya saja tidak untuk hati saya. Pada akhirnya setiap manusia memang membutuhkan teman, untuk saling bicara dan mendengar.

Pernah seorang teman bilang pada saya, bahwa ia ingin pergi, meninggalkan dan melupakan semuanya. Bahkan ia bilang bahwa saya juga termasuk salah satu bagian yang akan ia lupakan. Hal itu ia lakukan karena ia ingin hidup bebas, tanpa terikat dengan orang lain, kecuali dengan orang tuanya. Bahkan saya rasa, ia belum merasa bebas dengan ikatan pada tanah yang dipijaknya.

Saya tak mengerti, namun saat itu saya mengagumi cara pandangnya akan hidup. Karena saya pun ingin bebas, setelah sekian lama hidup terikat. Akan tetapi, apakah saya siap untuk benar-benar hidup sendirian?

Orang-orang datang, orang-orang pergi. Baginya sesederhana itu.

Andai saja memang sesederhana itu. Hingga kini saya masih sangat ingin melupakan banyak hal, banyak kenangan. Karena kenangan-kenangan itu yang mengikat saya, dan menjadikan saya tak terbebas, terutama oleh masa lalu. Memang pada akhirnya saya tak bisa lupa, dan (mungkin) itu yang menjadikan saya lebih manusiawi.

Dan yang saya yakini kini, tak ada manusia yang benar-benar bebas, begitu pun dengan teman saya. Selama manusia memiliki hati, ia tak akan pernah bebas..