Thursday, June 12, 2014

Kabar pada Kawan

Kalau saja saya disuruh untuk menggambarkan seluruh perasaan yang saya rasakan selama beberapa waktu ini kawan, maka saya tak akan bisa dengan mudah menjawabnya. Kemarahan itu perlahan sirna, namun ingatan tak akan pernah hilang. Maka dengan begitu saya belum sepenuhnya terbebas. Saya memang tak ingin lupa, tapi saya tak ingin merasa terganggu dengan memori yang begitu membekas. Ah, manusia memang kerap saling menyakiti, walau tanpa sengaja. Namun, dengan sengaja mereka kerap saling menyalahkan...

Kawan, perbedaan itu ada bukan untuk dihakimi, kan?
Tapi rasanya masih sulit untuk menerima beberapa perbedaan. Apakah dengan itu menjadikan saya termasuk manusia yang begitu egois?
Nyatanya lebih banyak manusia yang ingin diterima perbedaannya, tanpa mau benar-benar berusaha menerima perbedaan manusia lain. Dan ada pula manusia yang ingin diterima, tapi tidak mengkondisikan dirinya untuk dapat diterima oleh orang lain. Ah, manusia itu kompleks, bukan?
Satu-satunya solusi adalah, jangan jadi manusia.

Tapi saya sudah terlanjur tercipta jadi manusia, dan saya tak menyesalinya.

P.S. Dan untuk pertama kalinya saya merasa baik-baik saja dengan tidak mengetahui apa-apa.

Tuesday, June 10, 2014

Tiba-tiba

Tiba-tiba saya terlalu lelah untuk menghadapinya, D. Berhadapan dengan segala ego yang saling bertubrukan hingga memecah emosi..
Dan tiba-tiba saya merasa bertambah tua dengan beban pertemuan yang ia ciptakan..

Farewell

"Tidak ada lagi yang tersisa bagi saya di kota mimpi, selain kenangan. Maka dalam diam saya mengucapkan selamat tinggal kepadanya."

Wednesday, June 4, 2014

Untitled

Kemarin, seorang teman (dengan sengaja) men-share ilustrasi ini ke halaman mukabuku saya. Saya jadinya nyengir lebar melihatnya. :)


Pulang

Pulang. Untuk saat ini kata tersebut memberikan saya gambaran pada rumah tempat saya menghabiskan sebagian besar masa kecil saya, pada kota tempat saya tumbuh. Ketika saya meninggalkan rumah untuk pertama kalinya sekitar lima tahun lalu, saya sempat memutuskan untuk tidak kembali menetap di kota tersebut. Pada saat itu saya hanyalah seorang remaja yang masih labil dan ingin melarikan diri. Saya mengalami masa remaja yang cukup sulit dan saat itu saya belum dewasa betul untuk mengatasi segala masalah-masalah saya. Tapi meskipun saya ingin melarikan diri, nyatanya tetap ada hal-hal yang menarik saya untuk kembali. Seringnya saya malah merindukan rumah ketika berada di tanah perantauan.

Minggu ini sepertinya menjadi saat-saat terakhir saya tinggal di kota S. Saya berencana pulang dan menetap untuk beberapa bulan di rumah sebelum akhirnya pindah ke kota Y, kalau jadi. Dulu sewaktu saya masih kuliah, saya begitu bersemangat untuk tinggal di kota Y. Tapi entah kenapa bagi saya kota Ysekarang  seakan kehilangan daya magisnya. Saya merasa begitu asing. Berbeda dengan kota S yang dulu ingin saya tinggalkan. Kini belum apa-apa saya sudah merindukan kota S. Ah, entahlah.

Terlalu banyak kenangan di kota S, dari kenangan terburuk hingga terbaik. Kota S adalah tempat saya belajar dan mencoba untuk mengenal diri saya sendiri. Kota ini adalah tempat dimana saya berubah dan mengambil beberapa keputusan penting mengenai hidup saya. Bagi saya, kota S telah meninggalkan jejak begitu dalam.

Meninggalkan tempat yang begitu berarti bagi saya, ternyata menyisakan sebuah perasaan yang begitu menyesakkan. Saya tidak tahu jenis apa perasaan itu. Tapi perasaan itu yang mengantarkan saya untuk menelusuri kembali sudut-sudut kota S sendirian. Terlalu melankolis memang, apalagi saya tahu bahwa saya akan memiliki beberapa alasan untuk kembali singgah ke kota ini. Yah, saya memang tidak bisa hidup di masa lalu.

Ada beberapa hal yang akan saya tinggalkan seiring dengan kepindahan saya dari kota S, termasuk perasaan saya. Sudah seperti menjadi kebiasaan bagi saya, bahwa kepindahan adalah kehidupan baru, yang artinya akan ada beberapa bagian dari diri saya yang saya coba untuk tinggalkan. Mungkin ini memang sudah saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal, ya! :)

Selfnote

"Terkadang seseorang menganggap orang lain berubah, tanpa menyadari bahwa sesungguhnya dirinyalah yang telah menjadi orang asing"