Saturday, March 12, 2011

PENGENNYA

Pengennya, di atas meja saya sudah tersaji segelas kopi panas . . .
Pengennya, kamar saya tidak berantakan lagi . . .
Pengennya, ember cucian saya kosong . . .
Pengennya, tugas-tugas kuliah saya sudah selesai dikerjakan . . .
Pengennya, barang-barang saya berada di tempat yang semestinya . . .
Pengennya, mata saya sudah tidak sembab lagi . . .
Pengennya, ada seseorang di sini yang bisa menemani saya untuk bercerita . . .
Pengennya, saya tidak ada jadwal organisasi hari ini, agar saya bisa keluar sejenak, untuk menata hati saya . . .
Pengennya, rekening saya terisi uang lebih, walaupun hanya sedikit . . .
Pengennya, semua gosip-gosip dan omongan jelek tentang saya lenyap . . .
Pengennya, teman saya tidak mendiamkan saya lagi, hanya karena rasa iri yang tiba-tiba hadir . . .

Tetapi ternyata semuanya masih terbatas pada kata 'pengennya' . . .

Friday, March 11, 2011

DEAR FRIEND



Hai kawan . . .
Maafkan saya ya yang belum bisa menjaga sikap.

Saya tidak tahan, dengan diamnya kamu. Saya tidak tahan untuk bercerita, tetapi bahkan untuk melakukan obrolan ringan seperti dulu pun kau tak mau . . .

Seburuk itukah saya, hingga kau berani untuk memulai membicarakan saya di balik punggung saya . . .

Maafkan saya, jika selama ini belum bisa menjadi teman yang baik. Namun inilah saya, sejelek apapun saya, saya selalu berusaha melakukan yang terbaik, walaupun itu salah di matamu. Saya bukanlah pengkhianat, yang tega menusuk teman sendiri dari belakang. Tetapi mengapa . . .

Saya rindu, dengan senyumanmu di pagi hari, serta tawa kecil penghias hari kita . . .
Saya rindu dengan obrolan-obrolan ringan kita di senja hari, dengan cerita-cerita yang menjadi penghias harimu . . .

Maafkan saya ya. Sungguh, saya menyesal, karena saya telah kehilangan kamu, walaupun hingga kini saya belum mengerti apa yang terjadi di antara kita . . .

DREAMS

KEMATIAN

Apa yang begitu dekat dengan kita, sebagai manusia, sebagai makhluk ciptaan-Nya, suatu hal yang bahkan lebih dekat dari pada urat nadi, detak jantung, bahkan nafas, yang selalu membayang dalam pelupuk mata, tak pernah mengejar, namun pasti akan bertemu juga . . .

Kematian . . .

Dan segala sesuatu di dunia ini adalah pinjaman, dan sebagai barang pinjaman, maka sudah sewajarnya barang tersebut untuk kembali kepada pemilik sesungguhnya, Allah SWT. Bahkan diri, jiwa, raga, hati, pikiran, dan seluruh isi dunia ini adalah milik Allah semata, lalu apa lagi yang kau sesalkan, kau tangisi, bukankah ikhlas itu indah, bukankah ikhlas itu yang akan memberikan kelapangan dada, yang akan memenuhi ruang kosong dalam hatimu setelah ditinggalkan . . .

"Beruntunglah bagi mereka yang mati muda . . ."
(Soe Hok Gie)

Mungkin inilah yang terbaik. Mereka yang mati muda, mereka yang mendahului, mereka yang telah tutup usia dalam kebeliaan, telah terhindarkan dari nasib-nasib buruk dan perbuatan tercela serta keburukan hidup yang akan mereka hadapi. Maka apalagi hadiah terindah yang dapat kita berikan, sebagai orang yang ditinggalkan, selain tiupan beribu helai doa, serta rasa ikhlas yang luar biasa. Maka hal terindah apa lagi yang mungkin didapatkan, selain menutup usia disamping orang terkasih, dan pandangan terakhir itu tertumbuk pada senyuman ikhlas, serta pendengaran terakhir itu adalah kalimat syahdu syahadat yang lembut terucap . . .

Semoga kau tenang disana, dan semoga Allah menempatkanmu dalam tempat terbaik di rumahNya . . .

Tunggu kami ya, suatu saat, kita pasti bertemu kembali . . .


*Saya yang tengah menangis sendirian di pojok kamar, di tengah hujan deras, setelah mendapat kabar tentang meninggalnya seorang teman . . .

Friday, March 4, 2011

DAN AKU MASIH TERJEBAK KOTAK

Hampir kurengkuh kau,
dalam genggam
Kau luruh terbangkan
tanpa penopang sayap, sayang
Dan aku menderu layaknya angin, merintik bersama hujan, melebur dalam bayang
berlari,
mengejar,
tak tentu
Coba menggapai gerbong-gerbong dalam sela pelarian
Dan bilik pun bergoyah remuk
mengharu . . .
namun tak pernah menjadi biru
sayang . . .
Kau membulat,
dan aku masih terjebak kotak