Friday, March 28, 2014

Perjalanan

Setelah kelulusan saya bulan Februari lalu, saya banyak berpikir tentang beberapa rencana saya ke depan. Saya ingin melakukan beberapa perjalanan lagi, entah jarak jauh maupun jarak dekat. Ada beberapa tempat yang ingin saya kunjungi, berkaitan dengan janji, keinginan pribadi, maupun tugas yang harus saya selesaikan. Saya tidak ingin terjebak di rumah, atau sebetulnya belum ingin. Yang saya pahami, saya sendiri belum menemukan "rumah" yang dapat menarik saya agar tidak "mencari-cari" lagi. Jadi selagi sempat, saya tidak ingin menunda-nunda selama kesempatan, waktu dan dana memungkinkan.

Beberapa tempat yang ingin saya kunjungi memiliki ikatan emosional dengan saya. Tapi, bukan berarti saya pernah mengunjungi tempat-tempat itu dan ingin menelusuri ingatan. Justru saya ingin meninggalkan kenangan. Walaupun mungkin sebagian dari perjalanan itu akan saya lakukan sendirian. Pernah saya berpiir, bagaimana rasanya jika saya meninggalkan tempat saya yang lama dan pergi berkelana ke berbagai tempat baru. Saya bisa bertemu orang-orang baru, dan meninggalkan orang-orang di masa lalu sebagai bagian dari kenangan. Tapi, akankah saya merasa nyaman dan bahagia dengan itu? Saya memang telah memutuskan untuk pergi jauh dari "rumah" yang dibuat orang tua saya. Tapi saya melakukan itu karena saya ingin menemukan "rumah" saya sendiri. Saya tak mau terus-terusan pergi, mencari. Karena mungkin justru "ikatan' itulah yang saya cari, yang sayangnya hingga kini belum saya temukan dan rasakan.

Ada yang bilang bahwa sesuatu terlihat begitu berharga ketika telah jauh. Sudah beberapa waktu pula saya hidup dengan menyimpan rindu dan kenangan. Sesungguhnya karena dua hal itu pula lah saya ingin kembali melakukan perjalanan, terus mencari dan menciptakan kenangan baru. Tapi ada satu hal yang saya ketahui pasti. Tidak setiap hal yang saya kenang bisa menjadi kenangan pada orang lain. Tidak setiap hal yang saya anggap penting, bisa menjadi penting pula untuk orang lain. Terkadang itu menyesakkan.

Ah, saya begitu rindu, dan rasa itu pulalah yang menjadi salah satu alasan bagi saya untuk melakukan perjalanan. Saya begitu rindu, pada beberapa tempat, suasana, maupun orang tertentu. Terkadang saya ingin memotong jarak...

Random

ubi dubium, ibi libertas.
(Di mana ada keraguan/pertanyaan, di sana ada kebebasan.)


Mungkin seharusnya ditambahkan juga, di mana tidak ada keraguan, di sana tidak ada "kehidupan".

Mencapai Jeda, Sejenak

Sudah lama saya tidak menulis. Bukannya malas, hanya saja terlalu banyak hal yang saya pikirkan dan renungkan, terlalu membuncah, hingga rasanya saya kesulitan untuk merangkai kata. Karena memang segala hal yang terjadi pada saya di beberapa bulan ini begitu "tak terkatakan".

Kabar baik di awal tahun ini, saat sedang bimbingan skripsi dosen pembimbing saya (sebut saja Pak S) berkata pada saya, "Kamu mau revisi lagi sekarang, atau setelah sidang?" Perkataannya tersebut bisa diartikan sebagai izin untuk mendaftarkan sidang skripsi saya. Memang, setahu saya semua skripsi di jurusan saya pasti mengalami revisi setelah sidang, walau hanya untuk perbaikan redaksional. Tapi, setelah saya berdiskusi singkat dengan Pak S mengenai beberapa kesulitan saya dalam pengerjaan skripsi, saya memutuskan bahwa skripsi saya masih membutukan perbaikan. Ya, semacam sentuhan akhir hingga saya benar-benar merasa bahwa skripsi saya cukup layak untuk diujikan.

Tapi, apakah skripsi saya memang benar-benar layak untuk diujikan? Saya tak tahu. Saya pribadi merasa bahwa saya belum maksimal dalam pengerjaan skripsi, terutama karena terkadang saya kesulitan dalam memilah-milah permasalahan yang harus ditulis secara kronologis berdasarkan urutan waktu, tidak hanya bersifat tematik. Apalagi permasalahan yang saya ambil begitu luas, karena memang pada awalnya saya sempat kebingungan untuk mengerucutkan permasalahan, dikarenakan oleh keberadaan data yang masih simpang siur. Saking luasnya, saya pikir skripsi saya dapat dipecah setidaknya menjadi 2-3 judul penelitian. Hasilnya, skripsi saya hampir menembus 200 halaman. Itu pun sudah ada beberapa bagian yang saya potong. Padahal skripsi lain di jurusan saya rata-rata hanya memiliki 100an halaman, jarang yang mencapai 150 halaman.

Pada bulan Februari, saya kembali menemui Pak S, dan saat itu juga saya diizinkan untuk daftar sidang. Saya pun menjalani sidang dengan agak terburu-buru, karena ketua penguji sidang saya ternyata akan berangkat ke Belanda. Hari Jum'at tanggal 21 Februari saya sidang, itu pun baru mulai pukul 15.30 karena harus menunggu ruang sidang kosong setelah dipakai untuk seminar S2.

Tak banyak kendala yang saya alami selama sidang. Koreksi pun hanya sedikit, sebatas kurang detailnya beberapa penjelasan dalam skripsi saya. Selama sidang jadinya saya semacam berdiskusi dengan para dosen penguji. Mereka bilang isi skripsi saya menarik, karena di jurusan saya memang masih jarang yang menulis tentang kondisi masyarakat di wilayah pesisir selatan Jawa. Ah iya, saya memang mengambil tema sejarah maritim, tentang kehidupan sosial ekonomi nelayan di suatu daerah di pesisir selatan Jawa Barat.

Lega rasanya, karena saya mendapat kelancaran dalam sidang skripsi, bahkan mendapatkan "pencerahan" untuk beberapa hal. Dosen penguji malah terang-terangan memuji skripsi saya, dengan mengatakan bahwa skripsi saya bagus dan "berbobot". Tapi di sisi lain, saya masih merasa belum puas. Saya rasa seharusnya saya masih bisa mengeksplor pembahasan dalam skripsi saya, walau saya sebenarnya bingung harus diapakan lagi.

Tidak banyak sih revisi yang harus saya kerjakan. Tapi revisi terberat justru datang dari Pak S. Ia menyarankan saya untuk mengganti judul skripsi. Sebetulnya gampang saja, tapi jadinya saya harus merombak bab 1 dan bab 4, jadi ya merepotkan. Saya sampai sebal sendiri, kenapa baru sekarang menyuruh saya ganti judul. Selain itu, ada beberapa bagian yang harus dijelaskan dengan lebih detail, sehingga jumlah halaman skripsi saya bertambah. Ya sudahlah.

Akhir bulan April nanti saya akan diwisuda, dan resmilah saya menyandang titel S. Hum.. Selain itu, saya juga resmi menambah jumlah pengangguran di negara ini, karena sejauh ini saya belum mendapatkan (bahkan belum melamar) satu pun pekerjaan tetap. Tapi setidaknya, saya masih punya "pekerjaan" yang harus saya lakukan hingga Juni nanti. Yah, bahkan mungkin jadinya saya harus meninggalkan Pulau Jawa untuk beberapa waktu, kalau jadi. Semoga jadi. :)

Kehidupan saya sebagai mahasiswa untuk sementara mengalami jeda, dan saya harap belum mencapai titik akhir. Masih banyak hal-hal yang ingin saya lakukan, dan melalui "jeda" ini, semoga jalan saya semakin dilapangkan, aamiin!