Monday, July 30, 2012

RANDOM

Terlalu banyak hal yang terjadi di sekitar saya akhir-akhir ini. Hati dan pikiran saya rasanya terlalu penuh, sementara orang-orang di kota mimpi sana mungkin terlalu sibuk untuk sekadar menyampaikan sapaan. Untuk pertama kalinya saya rindu dengan kekacauan di kota mimpi, entah mengapa. Saya mungkin mulai merasa penat dengan keterkucilan yang terlalu penuh. Keterkucilan yang membuat saya tidak bisa melarikan hati untuk mengunci diri, keterkucilan yang membuat saya merasa tidak terbebaskan.

Saya rindu untuk merasakan kesendirian tanpa rasa sepi. Merasakan aliran dingin yang menjalar, menyelimuti. Penat rasanya untuk merasakan hawa panas yang semakin memekat, hingga mengalirkan bulir-bulir keringat kepayahan. Ya, saya sudah terlalu payah.

Saya bosan dengan omong kosong yang mengalir terlalu deras di udara. Sementara orang yang sanggup menawarkan keseriusan dan pemikiran akan dunia seperti hilang dalam rotasinya. Saya hanya merindukan sedikit waktu untuk berdebat akan banyak hal. Saya butuh untuk berpikir, lagi.

Ah, hati saya masih random, masih berganti-ganti mood dengan remote control yang entah dipegang oleh siapa.

Saya ngantuk, tidur dulu ya. Semoga kali ini saya teranugerahi dengan tidur tanpa mimpi.

Friday, July 27, 2012

GUMAM

Saya lelah untuk menjadi bayang-bayang.


Lelah.


Sangat Lelah.


:(

Sunday, July 22, 2012

THE MORNING MIST

.Pic taken from random googling.

Kamu selalu terasa seperti kabut pagi, sayup menguarkan dingin menusuk. Terlalu hening, dan masih tak teraba.


Saya seperti kehilangan kata. Mungkin benar, kita memang butuh jarak dan sedikit spasi, rehat sejenak. 

Saya rindu, pada kesempatan mencuri-curi waktu untuk sekadar menyapa lewat sambungan kabel. Tak mengapa, walau terkadang lebih banyak kau yang berbicara dan saya kerap jatuh tertidur kelelahan di sela perbincangan. 
Saya rindu, pada alasan-alasan yang membuat saya terbangun di dini hari untuk menunggu deringan, sebuah tanda panggilan yang kau berikan. 


Mungkin memang benar, kau masih terasa seperti kabut pagi. Dingin menyenangkan, namun masih tak teraba.

Saturday, July 21, 2012

KAWAKERS



KKN, oh KKN . . .
*Kapan sih kelarnya?

Ternyata begini ya jadi mahasiswa yang sedang berKKN (Kuliah Kerja Nyata). Apalagi di bulan puasa, cukup menguji iman, hehe. Jadi, jadi, awal semester enam lalu saya menginput mata kuliah KKN yang berbobot tiga SKS dalam KRS saya, dengan konsekuensi saya harus menjalankan KKN pada bulan puasa. Awalnya saya yakin, karena saya merasa sayang bila saya harus ikut KKN di semester tujuh. Sayang kan kalau waktu sebulan di bulan Februari dipakai untuk KKN, mending dipakai untuk jalan-jalan, hehehe :D.

Saya mendapat penempatan lokasi di Jepara, tepatnya di desa Kawak Kecamatan Pakis Aji. Makanya kami (saya dan teman-teman satu tim) menamakan diri sebagai Kawakers. Jumlah Kawakers ada tiga belas orang, sudah termasuk saya. Kami berasal dari berbagai macam fakultas, ada Ilmu Budaya (FIB), Hukum (FH), Ekonomika dan Bisnis (FEB), Teknik (FT), Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), dan Sains dan Matematika (FSM).

Banyak cerita yang terjadi selama KKN. Padahal saya di sini baru lima hari. Lokasi KKN yang lumayan jauh, signal yang sering eror, serta kondisi jalan yang rusak sempat menjadi hambatan. Si Ujang (motor saya) pun sempat rusak pada hari kedua. Mengenai kondisi jalan rusak ini, ada satu papan petunjuk jalan yang membuat saya tersenyum simpul.


Ya, jalan "Astaghfirullah" itu yang membuat si Ujang sempat rusak, haha.
Tapi sekarang si Ujang sudah sehat lagi kok. Cuma keadaannya kotor banget, belum sempat mandi.

Baru lima hari, tetapi rasanya sudah lama sekali. Jadwal saya hari ini juga lumayan padat. Ada banyak berkas K1, K2, K3, R1, R2, dan reportase mingguan yang harus dibuat (jangan tanya deh itu berkas apa). Begini nih rasanya jadi sekretaris desa, setiap hari harus berkutat dengan berkas dan laporan. Padahal program saya sendiri juga belum jalan. Tapi santai sajalah, saya optimis kok dengan program saya.

Kadang saya dan Kawakers lainnya merasa kami sedang dikerjain, diminta ini-itu di luar kemampuan kami (terutama untuk kemampuan kantong kami, hahaha). Ini sebenarnya Kuliah Kerja Nyata atau Kuliah Kuli Nyata sih, haha, bercanda kok. Tapi secara keseluruhan kami sih senang-senang saja. Bahkan kami sempat juga main ke pantai dan Gong Perdamaian Dunia. Lumayan buat merefresh otak :).

Monday, July 16, 2012

HAMBAR

Kesalahan terbesar saya saat ini:
(kembali) Terjatuh pada orang yang salah.

Nyatanya salah, karena memang belum berada pada tempat yang semestinya. Rasa itu belum pas bener menyertainya. Seperti secangkir teh dengan gula yang belum teraduk, hanya mampu menyuguhkan rasa manis yang hambar.

Masih belum tepat, ternyata . . .

Monday, July 2, 2012

S-E-K-E-R-I-P-S-I

Sstttt, tolong jangan berisik!! Saya sedang PMS. 
(Pusing Mikirin S-E-K-E-R-I-P-S-I)

Saya sebentar lagi (catat, dua bulan lagi) memasuki semester tujuh ternyata. Haha, nggak kerasa ya. Kayaknya waktu berlari cepat banget. Setelah dipikir-pikir, saya seperti kehilangan banyak hal dalam waktu yang sesingkat itu. Tetapi waktu yang singkat itu juga sudah memberikan pelajaran tentang banyak hal buat saya. Bukankah itu sesuatu yang wajar, dalam hidup, untuk mendapati apa-apa yang datang, kembali, dan pergi meninggalkan . . .

Saya tadi ke kampus. Agak iseng sih sebenarnya, karena sekarang adalah masa ujian, dan kebetulan hari ini saya nggak punya jadwal ujian. Saya bosan di kost terus, selain itu saya juga masih punya beberapa urusan yang harus segera saya selesaikan. Di kampus, saya bertemu dengan senior-senior saya. Saya jadi kepikiran, bila dihitung waktu minimal kuliah, seharusnya mereka sudah bisa lulus. Tetapi kayaknya beban skripsi yang terlalu berat menjadi salah satu faktor penghalang untuk bisa lulus cepat-cepat deh.

Nggak aneh sih sebenarnya. Di jurusan saya, menurut saya sendiri lulus dengan masa kuliah empat tahun adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Yang saya tahu, jarang ada mahasiswa yang lulus tepat waktu (empat tahun), karena skripsi untuk jurusan saya tergolong susah dan menyusahkan. Bukan membuat skripsinya yang susah, tetapi mencari datanya itu lho, bikin ampun-ampunan. Arsip yang belum tentu ada dan susah untuk dicari menjadi beban tersendiri bagi para mahasiswa, termasuk saya. Sampai saat ini saya pun belum bisa menentukan topik skripsi yang akan saya ambil, padahal semester depan saya seharusnya sudah memasuki tahun terakhir perkuliahan dan melakukan seminar. Saya masih bingung, dengan banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi dan mempengaruhi calon skripsi saya.

Sebenarnya saya sempat menemukan satu topik untuk calon skripsi saya. Tetapi kemarin ketika saya KKL ke Jakarta, ternyata data untuk topik calon skripsi saya itu susah didapat. Rasanya saya langsung patah hati. Selain itu, jauhnya lokasi serta masih banyaknya tanggung jawab saya di kampus untuk satu tahun mendatang membuat saya berpikir ulang. Kayaknya saya nggak jadi ngambil topik itu untuk calon skripsi saya deh *murung*.

Dan sampai sekarang saya masih belum punya calon topik untuk calon skripsi saya . . . :(

Saya jadi teringat dengan kedua orang tua saya. Sedih rasanya bila saya harus menghabiskan waktu lama untuk mencapai kelulusan. Mereka tidak pernah mengatakan langsung pada saya. But, I just know, saya sangat paham bagaimana mereka begitu banyak menaruh harapan terhadap saya. Saya hanya tidak mau mengecewakan siapapun (lagi).

Ah, S-E-K-E-R-I-P-S-I ... kayaknya itu menjadi kata keramat saya untuk satu tahun mendatang deh. Moga-moga cuma satu tahun ya . . .

Sunday, July 1, 2012

SAKIT

Meskipun saya sudah memiliki embel-embel puluhan, saya masih merasa seperti gadis kecil yang memiliki beribu alasan untuk menangis. Tetapi bahkan saya lupa, kapan terakhir kali saya menangis sebagai anak kecil. Hidup saya tak lagi sesimpel permasalahan dan kesedihan anak kecil ketika kehabisan permen. Andai hidup hanya sesimpel itu.

Sudah beberapa hari ini saya jatuh sakit (lagi), hingga saya harus bed rest, istirahat total. Mungkin terlalu banyak hal yang saya pikirkan dan harus segera saya kerjakan, sehingga lama-lama beban itu menumpuk. Hanya butuh satu pemantik, maka saya yang tak cukup kuat pun roboh.

Sudah terlalu lama saya berpura-pura. Berpura-pura untuk menjadi orang baik, untuk mau mengalah, bahkan berpura-pura untuk menjadi kuat, bahwa segalanya baik-baik saja dan saya bisa melakukannya sendirian. Nyatanya bukan karena saya bisa, tetapi karena saya terpaksa. Sebuah keterpaksaan yang menjadikan saya memiliki keharusan untuk membuat tameng dalam kepura-puraan itu. Padahal bila sisi jahat saya muncul, ingin sekali rasanya mengeluarkan sisi egois saya. Saya juga ingin menjadi orang yang tidak harus terus mengalah.

Karena nyatanya hampir seumur hidup saya ditempatkan dalam posisi dimana saya harus mengalah dan harus mengerti. Dan saya benci, pada ketidakberdayaan saya untuk melawan.

Sepertinya saya akan kalah. Tadi siang, saya diajak taruhan oleh seseorang. Dia bertaruh bahwa saya akan sering menangis dalam waktu dua bulan ini. Awalnya saya percaya diri bahwa saya tidak akan kalah. Tetapi entahlah, mungkin keadaan tubuh saya yang benar-benar sedang lemah ditambah dengan rasa sepi yang tiba-tiba muncul membuat mata saya mudah berair.

Keadaan sakit ini membuat saya banyak berpikir, mengenai apa-apa yang pernah dan sedang saya miliki, serta apa-apa yang hilang dan tidak pernah saya miliki. Contohnya seperti orang-orang yang saya kira adalah teman terdekat, namun ternyata beberapa waktu ini mereka terasa seperti menghilang. Padahal mereka tahu saya sedang sakit. Justru orang-orang yang saya kira kurang peduli malah memerhatikan saya. Saat-saat seperti ini adalah saat dimana saya butuh topangan seseorang. Sosok seperti itu belum saya dapatkan dari "teman dekat" saya itu, yang hingga kini belum pernah memberikan ketenangan bagi diri saya. Saya malah mendapatkan rasa nyaman ketika saya bersama orang lain, yang notabene adalah orang yang baru saya kenal. Tetapi entah kenapa, tiba-tiba rasa percaya itu muncul, pada orang asing yang baru saya kenal itu.

Saya ingin pulang, tetapi saya takut merepotkan. Rasanya sekarang saya ingin membeli tiket kereta dengan tujuah ke kota terjauh di timur sana. Saya ingin menghilang sejenak dari orang-orang yang saya kenal, dari orang-orang yang penuh tuntutan. Saya butuh menyendiri dan meresapi kesendirian dalam keterasingan. Saya butuh untuk tidak diganggu, sejenak.