Monday, February 28, 2011

HAI JENDELA

Hai jendela . . .
Saya masih terlalu ragu untuk sekedar menjulurkan kepala melalui bahumu.
Saya terlalu takut, untuk melihat kenyataan di luar dunia saya.
Mungkin saya telah terlalu lama, terdampar dalam dunia mimpi . . .

Dalam satu waktu, sering saya membenci sekaligus mencintai rasa sepi yang kerap hadir, seperti saat ini . . .
Saya rindu menari bersamamu, hujan . . .
Saya rindu berlari bersamamu, angin . . .
Saya rindu bernyanyi bersamamu, matahari . . .
Telah lama saya menyibukkan diri, telah lama saya mencoba melupakan, tetapi mengapa rasa ini semakin menguat seiring dengan ketidakhadiranmu. Saya takut, rasa ini hanya menyisakan rasa sakit. Perpisahan ini sudah cukup menyakitkan, tidak perlu ditambah lagi dengan kesadaran akan kenyataan tentang rasa ketiadaan.

Ah, mengapa saya masih saja mengeluh, sementara di luar sana masih banyak orang dengan beribu gudang masalah yang lebih membutuhkan perhatian.

Hai jendela . . .
Saya masih takut untuk menjulurkan kepala saya melewati bahumu.
Tetapi, izinkan saya untuk mengintip sedikit saja ya di sela-sela ruas tubuhmu, agar saya bisa mengintip dunia . . .

No comments:

Post a Comment