Wednesday, November 9, 2011

PERTEMUAN

Dan pertemuan itu tak serupa ekspektasi, hambar.
Aku yang mungkin sulit bersikap semanis perkiraanmu, atau kamu yang masih terlalu kaku.
Aku tak tahu, mengapa kata-kata itu begitu sulit terlontar. Bahkan untuk sebuah sapaan, "Hai, apa kabar?"
Padahal aku di sini sudah menanti terlalu lama.

Kau memainkan jemarimu, menatapku lamat-lamat, sementara tanganku yang tak mau diajak berkompromi sibuk meremas-remas ujung kemeja, memilinnya hingga kusut tak beraturan.
"Bagaimana keadaanmu?" Tiba-tiba kamu bertanya.
"Baik . . ."
Padahal aku sedang tidak baik-baik saja. Aku masih belum terbiasa dengan kesendirian ini. Sesungguhnya aku ingin berteriak, menangis, mengadu. Semuanya terasa tidak baik-baik saja, ketika di malam hari aku terduduk menatap langit-langit kamar, dan hanya hening yang terdengar.

Aku ingin mengadu bahwa terkadang aku merasa aku tidak diterima. Kata-kata itu telah sampai diujung lidah, namun tetap saja sulit untuk dikatakan. Dan akhirnya tangisan itu pecah, maaf . . .

Mungkin aku tidak sama lagi dengan aku yang dulu. Aku kini lebih rapuh, seperti kapur, yang mudah hancur bila terinjak. Tetapi kau berhasil membuatku tertegun, saat kau mulai berkata-kata . . .
"Ada apa? Ceritakanlah." Tersenyum kau menguatkanku.
Terimakasih ya, untuk seluruh waktu yang terbuang. Terimakasih, karena telah mendengarkan cerita yang mengisak itu. Terimakasih, karena telah mengerti . . .

No comments:

Post a Comment