Wednesday, November 16, 2011

SURAM


Beberapa hari ini saya benar-benar sedang kalut. Kalau bahasa gaulnya sih galau. orang Jawa bilang, suwung. Entahlah, sindrom galau ini sudah meracuni otak saya, sampai saya megap-megap hanya karena urusan hati.

Saya bingung, cukup bingung untuk membuat mulut saya membisu. Saya seperti orang patah hati yang sedang sakit gigi, berjalan dengan tatapan kosong dan ingin sekali marah pada seseorang. Apakah saya masih labil? Ah, saya memang belum dewasa ya . . .

Saya (lagi-lagi) tersandung banyak masalah, baik itu urusan kuliah, organisasi, pertemanan, bahkan hingga urusan hati . . .
Karena hati tak serupa dengan kain perca, yang mudah kau robek-robek dan jahit kembali. Urusan hati tak seperti dadu, yang kau lempar-lempar dan hanya mengandalkan keberuntungan untuk menemukan nomor yang tepat . . .
Jatuh hati itu ternyata tidak menyenangkan ya, karena tidak saja dapat membuat hati terjatuh. Hidup saya pun seperti terjatuh, seperti tak ada lagi hal lain yang lebih penting dari pada urusan hati itu. Saya lelah terkurung dalam penantian tentang ketidakpastian. Saya lelah terjebak dalam imaji yang terlalu membius. Dan saya lelah untuk berharap . . .

Rasa mual akibat terlalu banyak unek-unek yang terpaksa saya telan ini hampir tidak dapat saya tahan. Saya hampir meledak kemarin, dengan mencoba mengguratkan unek-unek saya di dinding orang lain. Tetapi urusan hati itu terlalu absurd, dan setiap orang memiliki sudut pandang yang berlainan. Tidak mudah bagi saya untuk bercerita kepada orang lain, sedangkan mereka memiliki pendapat yang berbeda dan terkadang malah memojokkan saya.

Saya merasa seperti kura-kura itu, yang terjebak dalam kurungan tempurung. Saya hanya bisa merayap, sedangkan tujuan saya masih berada di seberang sana.

Saya kira saya butuh banyak obat penyemangat, yang bisa menghindarkan saya dari rasa suwung ini. Atau sedosis besar kata-kata menenangkan dari seseorang yang saya percaya. Mungkin dengan berbicara dengan kamu D, saya bisa lebih tenang . . .

Saya rindu untuk bernyanyi lagi denganmu, mengalunkan melodi yang berasal dari hati. Setidaknya denganmu saya merasa bebas, tak terbebani, tak terdikte . . .



P.S. Saya harus bagaimana D,
semua (masih) terasa salah . . .

No comments:

Post a Comment