Thursday, December 8, 2011

YOU ARE (PRETENDING TO BE) A GOOD FRIEND

Saya punya banyak teman. Ya, tidak sebanyak itu juga. Saya bukan orang yang populer-populer amat. Teman saya di kota baru ini hanya berada di seputaran teman kuliah dan organisasi. Selebihnya hanya teman kos dan teman-teman lainnya yang terkadang menjadi tong sampah tempat saya meluapkan emosi. Mungkin ada sedikit juga teman-teman lain, yang terkadang hanya bertemu dan menukar sapaan saja.

Di antara sejumlah teman-teman itu tentu saya banyak memiliki teman perempuan. Sebenarnya saya susah untuk dekat dengan seseorang. Akrab mungkin bisa, tetapi tetap saja hati saya tidak bisa menjadi dekat. Saya agak kurang suka dengan istilah "sahabat". Menurut saya, tidak ada orang yang rela berteman tanpa timbal balik. Ketulusan di zaman sekarang sudah menjadi hal yang terlalu mahal dan hampir tak terbeli.

Saya susah dekat dengan seseorang, bukannya tanpa alasan. Orang-orang yang saya temui hingga kini kebanyakan berteman hanya sebatas kenal dan ngobrol sana-sini. Bahkan banyak juga yang berpura-pura berteman. Saya sendiri bingung dengan konteks kata pertemanan. Apakah bisa seseorang dibilang teman, bila di depan dia (sok) perhatian, tetapi di belakang ternyata dia banyak membicarakan. Bahkan ada juga teman yang menghubungi hanya saat dia membutuhkan. Jadi teman itu apa? Seseorang yang bisa dimanfaatkan?

Rata-rata teman saya suka bergosip. Tidak hanya yang perempuan, bahkan yang laki-laki pun malah lebih sering membicarakan orang. Saya terkadang jengah, sehingga hanya berhati-hati mendengarkan dan tidak mau ikut-ikutan. Saya sendiri pun merasakan, apa yang saya kerjakan sering menjadi topik pembicaraan teman-teman saya itu.

Saya bukannya orang yang anti sosial. Saya juga tidak mau sok suci dengan mengaku tidak pernah membicarakan orang. Tetapi setidaknya saya berusaha untuk tidak bergosip dan membicarakan urusan-urusan orang lain yang tidak penting. Bagi saya, teman itu haruslah saling menjaga, bukan saling menjatuhkan. Saya pun kali ini memilih untuk diam, dan berusaha menjadi seorang teman yang bisa menjaga rahasia orang lain.

Salah satu teman saya pernah bilang, kita ini makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain. Tetapi terkadang saya merasa lelah bila harus terus-terusan menjadi boneka. Lelah rasanya bila harus terus mendengarkan apa kata orang lain, dimana diri kita harus menjadi baik di mata orang lain, sedangkan di dalam diri sendiri berkecamuk banyak penolakkan. Saya seperti sulit untuk menjadi diri sendiri.

No comments:

Post a Comment