Tuesday, June 5, 2012

TAK TERLIHAT

.Pic taken from random googling.

Seperti menulis di atas pasir, selalu ada gelombang air yang akan menyapunya. Seperti itulah, saat-saat dimana saya sedang butuh untuk menjadi tak terlihat, menjadi orang yang terakhir untuk dicari.

Saat-saat seperti ini adalah masa ketika saya merasa benar-benar sendirian. Sendirian dan tak terbela. Tinggal di kota mimpi ini, saya sudah terbiasa sejak dulu untuk menebalkan hati dan menulikan telinga, menyiapkan proteksi. Sudah berkali-kali saya mencoba pergi, mencari tempat lain yang lebih "ramah" untuk saya. Namun, semakin keras saya berusaha, saya makin menyadari bahwa saya sudah begitu terikatnya dengan kota mimpi. Saya masih tertahan di sini, di kota mimpi yang saya harap tidak akan menjadi kota tempat realitas saya kemudian berlanjut. Setidaknya dengan begitu saya tidak akan bertemu dengan orang-orang yang sama.

Siang tadi, tiba-tiba seorang teman kuliah (kini saya jadi bertanya-tanya, masih layakkah "dia" untuk saya sebut teman?) mengirim pesan singkat melalui telepon selular. Dia memarahi dan memaki-maki saya, atas akumulasi kesalahannya dan teman saya yang lain. Dia menyalahi saya atas ketidaktahuannya mengenai banyak informasi penting tentang perkuliahan yang sebenarnya sudah diketahui oleh hampir semua orang. Menurut dia, saya tidak becus dalam memenuhi tanggung jawab saya sebagai "Asisten Dosen". Asisten dosen apa? Tiba-tiba titel itu diberikan pada saya yang tidak tahu apa-apa, hanya karena saya dekat dengan beberapa dosen. Ini bukan pertama kalinya ia menyalahkan saya disebabkan oleh berbagai hal. Saya yang tak terima disalahkan terus oleh orang atas kesalahannya sendiri pun berang. Bisa-bisanya dia   yang tak pernah melakukan apa-apa untuk dirinya apalagi untuk orang lain    menyalahi saya atas kesalahan yang tidak saya lakukan. Dengan gemetar saya membalas pesan singkatnya dengan kata-kata cukup pedas, yang kemudian dibalasnya dengan lebih pedas. Saking marahnya, kepala saya tiba-tiba pening dan pertahanan saya jebol, saya menangis.

"Teman" saya itu beranggapan bahwa saya adalah orang yang harus tahu segalanya mengenai segala informasi perkuliahan. Sekali saja tidak ada update informasi, saya menjadi orang pertama yang disalahkan. Begitu pun bila ada suatu kegiatan di kelas, saya selalu menjadi seksi paling sibuk. Posisi saya adalah "sekretaris abadi", dimana saya bertugas untuk mengurus urusan birokrasi dan urusan-urusan pelik lainnya, di luar tanggung jawab resmi jabatan sekretaris. Bahkan terkadang saya merasa saya bekerja sendiri, dengan seluruh tanggung jawab banyak orang yang tiba-tiba dibebankan hanya pada saya. Sebenarnya saya tidak mau, tetapi saya masih punya rasa peduli, pada keadaan yang sudah sedemikian pasifnya. Konsekuensinya, saya harus siap menjadi bahan omongan banyak orang di kelas saya. Selain banyak yang bilang saya terlalu mendominasi, saya pun sering harus menelan paksa omelan, komplain bahkan caci maki dari banyak orang, atas apa-apa yang seharusnya bukan tanggung jawab saya. Padahal saya dibayar pun tidak.

Saya capek, saya tidak tahan dan saya sakit. Saya lelah menjadi orang yang tidak dihargai di kelas sendiri, padahal di luar saya lebih dihargai dan diapresiasi. Saya lelah untuk terus peduli dan berusaha untuk kepentingan orang lain, sementara orang tersebut hanya mampu menyalahkan atas apa-apa yang dirasa salah. Mungkin mereka hanya menganggap saya "pesuruh", sebagai lebah pekerja dan menjadi tempat penyalahan atas apa-apa yang berada di luar kendali. Dan terkadang bila saya sedang kesal, saya menganggap mereka manusia setengah parasit. Maka salah satu pengharapan saya yang terbesar adalah saya bisa cepat-cepat meninggalkan mereka di belakang, yang hingga kini hanya mampu berjalan di tempat.

Terkadang saya merasa lucu. Saya lebih nyaman berinteraksi dengan orang-orang di luar kelas saya. Mereka menerima saya apa adanaya, dan menilai saya atas kemampuan yang saya miliki, bukan hanya dari omong-omong kosong belaka. Dan entah mengapa, di sanalah saya bisa menemukan sedikit celah kebebasan.

No comments:

Post a Comment