Sunday, June 10, 2012

THE TIME IS PASSING BY SO FAST, ISN'T IT?


 .Pic taken from here.


Apa yang tak berkaki namun mampu berlari sangat cepat tanpa terkejar? 
Itulah dia, waktu.

Terkadang saya lupa bahwa saya sudah mencapai "kepala dua". Rasanya baru kemarin, saya berumur sepuluh tahun, dengan rambut terkepang dan suka bermain lompat tali. Rasanya baru kemarin ibu saya datang ke sekolah untuk mengambil ijazah SD saya, mengambil rapor SMP dan membuatkan kebaya untuk wisuda SMA saya. Rasanya juga baru kemarin saya pertama kali memutuskan untuk pergi menuntut ilmu dan menuntut jawaban ke kota mimpi. Ah, saya telah tertipu oleh kecepatan waktu.

Di usia baru saya yang sudah memiliki embel-embel puluhan, saya pikir saya telah tumbuh semakin besar dan dewasa dengan cara saya sendiri. Namun terkadang, saya merasa di beberapa sisi saya mengalami stagnansi pertumbuhan, baik tubuh maupun perilaku. Sebagai contoh, kayaknya pertumbuhan tinggi badan saya tidak mengalami kemajuan semenjak saya SMP deh. Saya harus terima kenyataan bahwa saya (mungkin) ditakdirkan untuk memiliki tubuh pendek, bahkan terpendek di keluarga kecil saya. Padahal sejak kecil saya sudah melakukan banyak usaha dengan sering loncat-loncat, rajin berenang setiap minggu, minum susu untuk pertumbuhan, dan minum berbagai macam jus sayuran yang sampai sekarang untuk mengingatnya saja sudah bikin saya enek dan pingin muntah. Makanya saya berani bilang bahwa memang sepertinya sudah menjadi takdir saya untuk bertubuh pendek, sedihnya . . .

Padahal itu bukan karena saya tidak pernah berusaha.

Mengenai perilaku dan sifat, di satu sisi saya bisa merasa sedikit lebih dewasa dari umur saya. Saya bisa lebih tenang dan lebih memperhitungkan mengenai apa-apa yang akan saya kerjakan. Istilahnya, saya mencoba sematang mungkin untuk bersikap. Saya terpaksaterbiasa untuk melakukan semua hal sendirian, dan saya memang dituntut untuk menjadi mandiri semenjak dulu. Tapi di sisi lain, saya merasa bahwa saya seperti anak kecil yang terjebak dalam tubuh orang dewasa. Terkadang terbesit kerinduan di benak saya untuk memiliki sesosok "kakak", yang bisa menuntun saya, dimana kepadanya saya bisa mengadu sepuas hati. Mungkin ini salah satu efek menjadi anak sulung yang tidak memiliki kakak.

Tadi malam saya banyak merenung. Ekspektasi saya melenceng, nyatanya saya tidak bisa tidur nyenyak. Banyak hal yang saya pikirkan ulang, mengenai apa yang saya dapatkan dan apa yang tidak (atau belum) saya dapatkan. Naluri saya pun menuntun saya pada rasa syukur, iri dan rindu luar biasa, entah pada siapa. Sampai saat ini perut saya masih mulas dan dada saya sesak.

Terkadang saya merasa salah satu masalah saya adalah masalah dengan diri saya sendiri. Saya tidak tahu kenapa. Mungkinkah saya bisa mendapatkan seluruh jawaban sebelum waktu tiba di titik penghabisan?

Saya malu. Sebagai salah satu makhluk berkaki, saya tak pernah bisa mengejar waktu. Mungkin kaki saja tidak cukup, ya?

No comments:

Post a Comment