Sunday, June 10, 2012

RELIEVED

Sore tadi saya pergi dengan seorang teman. Kami hanya janjian untuk bertemu di sebuah toko buku di salah satu mall. Ketika kemarin saya diajak teman saya itu untuk pergi ke luar, saya langsung mengiyakan. Nyatanya berdiam diri di kos pun nggak menghasilkan apa-apa, jadi mungkin saya butuh sedikit penyegaran.

Sejujurnya saya memang sedang ingin pergi, tapi bukan ke tempat ramai seperti mall, apalagi di malam minggu. Namun entah kenapa pertemuan saya dengan teman saya   walaupun kami bertemu di tengah keramaian malam minggu yang sering membuat saya merasa agak nggak nyaman   membuat saya merasa sedikit lega. Kami, dengan masalah masing-masing, saling menemani dan bercerita. Saya nggak tahu, apakah sedikit cerita yang teman saya sampaikan tadi itu benar atau nggak, karena nyatanya kami belum lama saling mengenal, sehingga kemungkinan ia menganggap saya belum bisa dipercaya, begitu pun dengan saya yang (mungkin) menganggapnya seperti itu. Tapi nggak tahu kenapa kepada teman saya itu saya nggak tahan untuk nggak bercerita mengenai sedikit masalah saya, kekhawatiran dan ketakutan saya. Mungkin itu disebabkan oleh rasa asing yang masih melingkupi kami. Saya memang lebih sulit bercerita mengenai keadaan diri saya terhadap orang-orang yang dekat dengan saya. Mungkin walaupun orang-orang itu dekat dengan saya, tetapi secara personal dan emosional saya nggak merasa dekat. Saya tidakbelum merasa aman dengan mereka. Ya, keterasingan membuat saya merasa aman, karena saya bebas melontarkan cerita mengenai diri saya tanpa takut cerita itu akan dijadikan senjata untuk menyerang saya. Saya bukan trauma, hanya saja sedikit mengantisipasi agar hal seperti itu nggak terjadi lagi. Boleh-boleh saja kan?

Kembali dengan teman saya itu, untuk pertama kalinya selama saya di kota mimpi, saya bisa merasa sedikit lega hanya karena saling bercerita dengan orang lain. Saya juga nggak tahu kenapa bisa begitu, tetapi memang untuk pertamakalinya saya merasa aman untuk bercerita, dan nyatanya ia mau mendengarkan (walaupun saya nggak tahu, kalau nanti isengnya dia lagi kumat mungkin dia akan ngeledekin saya terus dengan cerita-cerita saya tadi). Dan nilai plusnya, dia nggak menghakimi saya seperti yang dilakukan oleh orang lain. Saya juga merasa dia mengerti apa yang saya rasakan, mungkin karena kami punya sedikit kemiripan masalah; sama-sama dianggap "aneh". Bedanya, saya terkadang merasa agak tertekan dengan keberbedaan pola pikir saya dengan orang lain, dan teman saya itu lebih berani untuk berbeda dan mempertahankan keaslian dirinya.

Saya lega, walaupun cerita mengenai hidup dan masalah yang saya lontarkan tadi hanyalah beberapa potongan kecil dari keseluruhan masalah dan ketakutan saya. Saya nggak tahu porsi cerita yang ia sampaikan ke saya itu adalah cerita-cerita yang sudah banyak orang ketahui atau nggak. Tapi nyatanya, dengan ia bercerita seperti itu saya merasa sedikit nyaman untuk bercerita mengenai masalah saya juga. Katanya, muka saya seperti orang yang sedang stress. Sudah dari dulu saya kepingin curhat   bahkan mungkin nangis   ke seseorang, tapi saya nggak pernah bisa. Dan tiba-tiba tadi saya bisa, walaupun hanya sedikit dan sebentar, sehingga saya bisa merasakan sedikit kelegaan.

Tapi saya kok jadi sakit perut gini ya. Cerita-cerita tadi, secara nggak langsung sudah mengingatkan saya akan banyak hal, terutama kerinduan saya terhadap seseorang yang saya nggak pernah tahu akan kembali atau tidak. Mungkin memang saya harus lebih belajar untuk mengikhlaskan dan melepaskan, nggak terus-terusan menengok ke belakang. Perut saya menegang juga karena banyak hal, terlebih lagi oleh kenangan-kenangan lama saya yang tiba-tiba banyak bermunculan. Kenangan mengenai banyak hal; keluarga, persahabatan, pencarian tujuan hidup, mimpi-mimpi, bahkan cinta. Rasanya seperti patah hati, tetapi dalam versi saya yang nggak sedang bersedih.

Rasanya saya bisa tidur nyenyak malam ini, setelah berminggu-minggu kepayahan dengan berbagai masalah yang tiba-tiba akrab dengan saya.
Terima kasih ya :)

No comments:

Post a Comment