Saturday, June 4, 2011

KEMBALI, TERHITUNG WAKTU

Kemarin, saya mendengar kabar duka lagi.

Salah satu kerabat dekat saya meninggal dunia. Beliau (ya, beliau, karena beliau adalah seseorang yang saya hormati) menghembuskan nafas terakhir dengan begitu mudahnya, tanpa ada pertanda, namun sayangnya juga tanpa kata. Semua terasa begitu cepat, bahkan tidak ada orang yang sempat memprediksi. Mengapa? Karena beliau adalah salah satu orang paling bugar yang saya kenal. Ya, tentu saja, beliau memang sudah tua, sudah termakan oleh waktu, namun tak lapuk tergerus zaman.

Kematian. Kehidupan. Takdir.

Dan kehidupan itu tak seperti jam pasir, yang berulang ketika diputarbalikkan. Apa yang lebih nyata, lebih pasti dalam kehidupan, selain kematian. Bahkan kehidupan itu sendiri adalah suatu hal yang fana, bahkan mungkin hanya bersifat fatamorgana, hanyalah sebuah refleksi, dan realitas sesungguhnya hadir setelah kematian. Maka, dapatkah disebutkan bahwa kematian itulah sang pembuka, sang akhir yang kemudian menjadi awal dari segalanya?

Maka semua yang hidup pasti akan mati. Semua yang bernafas akan kehilangan udaranya. Semua yang berpijak akan kehilangan penopangnya. Semua yang datang, pasti akan kembali. Kembali, terburu, terhitung waktu . . .

No comments:

Post a Comment