Friday, September 26, 2014

Memandang Langit

Saya suka sekali memandangi langit, terutama langit sore, saat cahaya matahari telah menjadi ramah bagi mata saya. Saat itu adalah salah satu masa dimana saya bisa merasa sedikit bebas, lupa sejenak terhadap berbagai hal.

Saya suka menikmati sore dalam kesendirian, menikmati waktu yang saya ciptakan untuk diri saya sendiri tanpa perlu bertemu dengan orang lain. Tapi dengan itu bukan berarti saya antisosial. Saya hanya belum menemukan "teman" yang tepat untuk mengerti akan keindahan dan kedamaian dari sudut pandang yang serupa.

"Diam itu terkadang indah, sunyi itu terkadang damai. Sendiri belum tentu berarti sepi.."

Saya sering bertanya-tanya, apakah ukuran dari kebahagian? Sementara kebahagiaan tidak selalu berarti tawa. Toh tinggal sewa pelawak saja untuk menghadirkan tawa, sementara pelawak bukan pencipta kebahagian. Lalu, saya pun merenung dan berpikir, bahwa bahkan pemenuhan tujuan manusia pun belum tentu berakhir pada kebahagiaan. Bukankah manusia terkadang terlalu tamak, sehingga akan menciptakan tujuan-tujuan lain yang lebih besar?

Maka, setelah sekian lama, saya memutuskan bahwa kebahagiaan bagi saya adalah letak dimana saya menempatkan sudut pandang pada hidup. Saya sendiri adalah "penentu" bagi kebahagiaan saya.

Sore ini, saya kembali memandangi langit, dengan matahari yang belum kehilangan keganasannya. Saya pun masih mencoba untuk memahami, kebahagiaan seperti apa yang saya inginkan...

No comments:

Post a Comment