Wednesday, September 24, 2014

Adaptasi Baru

Tujuan, atau obsesi, kah?
Entahah, saya hanya mencoba menjalani hidup saya dengan sebaik-baiknya cara menurut subjetivitas saya.

Saya seperti mengawang-awang, lupa daratan. Lupa pada diri saya sendiri. Sudah satu bulanan ini saya disibukkan dengan aktivitas baru saya sebagai mahasiswa program magister sejarah. Sibuk kah? Mungkin. Tapi untuk kesekian kalinya saya merasa seperti melayang-layang dalam berbagai dunia.

Ada satu hal yang saya rasakan ketika memasuki sebuah rutinitas baru, tapi saya tidak tahu bagaimana menamakannya. Mungkin bisa dibilang rasa itu merupakan perpaduan dari rasa takut, tidak percaya diri, maupun rasa lain yang terkadang meninggalkan rasa mual di perut saya. Ada kenyamanan dan ketidaknyamanan baru yang saya temui, tapi saya rasa kondisi tersebut sangat manusiawi.

Kami bersepuluh, dalam dunia baru yang tak baru. Tak baru, karena memang masing-masing dari kami memiliki latar belakang pendidikan yang hampir sama, tapi dengan pengalaman yang berbeda-beda. Mungkin hanya saya yang justru paling tidak berpengalaman. Nyatanya, dalam hampir dua tahun terakhir ini saya seakan melupakan dunia sejarah dan tenggelam dalam dunia yang saya ciptakan sendiri. Hasilnya, saya terseok-seok.

Jujur, saya merasa malu, ketika melihat sembilan orang selain saya yang (mungkin) begitu mencintai sejarah dan menerimanya sebagai dunia utama. Bukan berarti saya tidak mencintai sejarah, hanya saja pikiran dan hati saya terbagi dengan berbagai hal lain yang juga saya cintai. Saya merasa seperti peselingkuh, ketika pikiran saya terbagi-bagi seperti saat ini.

Apakah saya bisa survive? Harus bisa. Saya memang harus banyak belajar lagi, mengejar ketertinggalan saya dan meraih kembali apa-apa yang tak sengaja saya lupakan. Dunia saya berubah lagi, kini. Tapi dengan tujuan pencarian yang masih sama.

Tapi kini saya seperti kehilangan waktu untuk memenuhi "keegoisan" saya, sebagai suatu bentuk pemenuhan "rasa haus" dalam diri saya. Dilematis memang, tapi itu adalah konsekuensi yang saya sadar betul, akan saya alami ketika saya mengambil keputusan mengenai hidup yang saya jalani kini.

Memang, ada banyak hal yang masih tak dapat terkatakan. Dan hal-hal tersebut seakan begitu meluap-luap dalam diri saya. Ah, yang saya butuhkan saat ini adalah adaptasi dan penyamaan persepsi, agar saya tidak merasa menjadi "orang lain" lagi. Saya masih harus belajar untuk segala hal, dan kembali fokus untuk menjalankan segala konsekuensi (baik atau buruk) dari keputusan saya.

No comments:

Post a Comment