Sunday, March 10, 2013

Selfnote..

Kalau sedang musim hujan seperti ini, biasanya tingkat kerinduan saya terhadap banyak hal semakin bertambah. Seperti saat ini, saya sedang memendam rindu yang tak mungkin tersampaikan. Ah, bukan tak mungkin tepatnya, hanya saja memang tak bisa. Karena rasa rindu itu hanya akan saling menyakiti. Jadi saya pikir lebih baik begini, rindu secara diam-diam.

Ah, melantur lagi..

Sekarang saya sudah semester delapan, semester dimana seharusnya saya sedang sibuk-sibuknya menyusun skripsi. Oke, sebenarnya sih belum. Kuliah saya sudah habis, tapi saya masih saja berkutat pada pembuatan proposal skripsi. Bukannya saya malas, tapi memang menyusun skripsi sejarah itu nggak gampang. Apalagi saat menentukan topik apa yang ingin dibahas, belum lagi memikirkan ketersediaan arsip dan sumber primer lain. Jadi hasilnya, di jurusan saya ini jarang sekali mahasiswa yang bisa lulus tepat waktu. Dalam jangka empat tahun maksudnya. Sementara orang tua saya sudah memaksa saya untuk lulus cepat. Saya juga penginnya sih lulus cepat, semoga bisa.

Umur saya sudah 21 tahun, dan di akhir tahun nanti umur saya naik kelas ke 22 tahun. Kalau kata orang, umur segini ini sudah waktunya untuk memikirkan pernikahan. Secara jujur saya juga sudah memikirkannya. Hanya saja saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat. Mencarikah, atau menunggukah. Tapi yang jelas, yang saya lakukan sekarang adalah mempersiapkan diri dan mencoba untuk memantaskan diri.

Pernah saya bertemu dengan seseorang, yang pada akhirnya menjadi beberapa orang, kemudian saya berpikir bahwa dialah orang yang tepat. Saya memang tidak menerapkan kriteria yang berlebihan. Saya hanya ingin bersama dengan orang yang mampu menuntun saya, membimbing dan melindungi. Tapi ternyata perkiraan saya terhadap beberapa orang itu salah. Bukannya dia tidak memenuhi kriteria saya, hanya saja memang bukan dia orangnya. Sehingga secara perlahan, saya dan dia berpisah secara baik-baik.

Namun perpisahan yang baik-baik saja pun terkadang menyisakan luka yang begitu dalam. Karena baik-baiknya itu, maka tidak ada rasa sakit hati yang mampu membantu saya untuk melupakan. Entah kapan saya bisa lupa. Maka jadinya saya seperti ini, menyimpan rindu yang tak bisa disampaikan.

Mungkin saya bisa lupa saat saya sudah bertemu dengan orang yang tepat. Semoga saat itu segera datang...

No comments:

Post a Comment