Tuesday, March 20, 2012

SAYA DAN MEREKA

.Pic taken from random googling.

Sebagai seseorang yang sering dibicarakan di belakang, saya termasuk cuek dalam menanggapi segala omongan miring tentang saya. Saking terbiasanya, saya jadi tak mau ambil pusing, walaupun saya tidak bisa menyangkal, bahwa hingga saat ini saya masih terganggu dengan omongan-omongan orang di belakang saya. Bahkan dulu ketika hati saya tengah mencapai puncak kelelahan, saya pernah menangis terisak-isak di depan teman saya tanpa berkata apa-apa, membuat teman saya itu kebingungan. Saat itu saya merasa benar-benar sendirian. Saya sampai tak sanggup memandang wajah teman-teman saya, hingga saya sering pergi menyendiri karena saya butuh waktu dimana saya tidak diganggu.

Sepertinya memang saya tidak terlalu cocok dengan sebagian besar teman-teman di lingkungan kuliah saya. Sering saya menyalahkan diri saya dan introspeksi diri. Mungkin saya yang salah, entah karena perbedaan kultur, pemikiran, kebiasaan, atau hal lainnya. Tetapi lama kelamaan saya mulai menyadari, bahwa bukan saya yang salah, hanya saja mereka yang tidak bisa menerima diri saya. Bahkan saya sering dianggap sombong, yang mungkin disebabkan oleh sedikit kelebihan yang tidak bisa mereka miliki. Saya seperti tidak dapat berkembang, karena saya berada di lingkungan yang menurut saya terlalu statis.

Bagi mereka, saya terlalu berbeda. But I don't care, because I don't wanna be a fake.

Pada akhirnya, saya sendiri yang malas untuk berinteraksi terlalu jauh. Saya lebih sering berinteraksi dengan orang-orang di luar jalur jurusan saya. Bahkan ada teman saya yang mengatakan saya sok sibuk. Ah biarlah, toh ketika saya punya waktu luang banyak pun teman saya itu tidak pernah mencoba untuk bermanis-manis dengan saya, kecuali bila ada maunya. Jika mereka hanya sibuk sirik dan membicarakan orang lain di belakang, maka saya mencoba untuk sibuk mengembangkan diri dan melakukan hal-hal yang saya sukai. Jika mereka langsung pulang dan menghabiskan sore hari dengan menghabiskan uang dengan berbelanja, maka saya menghabiskan sore saya dengan organisasi.

Lama kelamaan saya semakin terbiasa dengan omongan-omongan miring tentang saya, walaupun seringkali omongan-omongan itu membuat hati saya panas karena menurut saya tidak benar. Mereka seolah-olah memposisikan saya sebagai orang yang terlihat "jahat". Bahkan saking buruknya omongan mereka, saya sudah menganggap bahwa apa yang mereka bicarakan adalah fitnah. Biarlah orang lain yang menilai bagaimana diri saya sebenarnya, terlepas dari rasa iri seperti mereka yang sering membicarakan saya. Saya sudah memiliki terlalu banyak masalah, sehingga saya tak mau membuang waktu percuma dengan menanggapi mereka. Saya hanya mengambil sisi positifnya saja, karena terbiasa itulah pikiran saya semakin terbuka dan dewasa. Dan saya semakin percaya bahwa saya mampu, karena rintangan yang saya hadapi lebih berat dari orang lain, maka hadiah saya pun pasti akan lebih besar.

Saya sering tertawa dalam hati jika mendengar ada teman saya yang sedang bingung dengan masalah yang menurut saya sepele. Bila pikiran jahat saya sedang muncul, terkadang saya ingin agar mereka bisa merasakan sakitnya dijahati orang seperti yang pernah mereka lakukan pada saya, agar mereka berhenti untuk menyakiti perasaan orang lain. Lucunya, ada teman saya yang bilang bahwa dia anti kemapanan, padahal dia belum pernah merasakan rasanya menjadi tidak mapan yang sebenarnya. Dia terlalu aman, dengan posisi limpahan harta dan perhatian orang tua, sehingga dia tidak tahu bagaimana rasanya punya masalah yang berat. Dan mereka tidak tahu bagaimana rasanya harus menghadapai berbagai masalah berat sendirian dengan bonus sering dijahati orang.

Sebagai manusia biasa, saya pun ingin terbebas dari masalah. Namun bila hidup saya terlalu aman, maka saya hanya seperti daun yang tertiup angin, hampa. Saya lebih suka menentang arus, walaupun itu artinya tidak hanya kerikil yang harus saya hadapai, tetapi juga batu-batu besar masalah. Tidak apa-apa, karena dengan begitu hidup saya lebih berarti.

Ya, mungkin hidup mereka terlalu lurus dan membosankan, sehingga mereka sibuk mengurusi urusan orang lain dan menjelek-jelekkan orang lain. Mereka sepertinya tidak mengerti, bahwa dengan begitu mereka hanya menunjukkan bahwa hidup mereka tidak bermakna.

No comments:

Post a Comment