Thursday, March 22, 2012

PEREMPUAN DALAM KODRATNYA

Banyak yang bilang bahwa perempuan, bagaimanapun kerasnya dia berusaha, tetap tidak akan pernah dan tidak boleh memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari laki-laki. Karena sudah menjadi kodrat seorang laki-laki untuk menjadi pemimpin. Entahlah, saya tak tahu apakah statement ini muncul sebagai keegoisan laki-laki atau ketidakberdayaan perempuan.

Dulu, entah kapan mulanya, ibu saya sering menasihati saya, bahwa perempuan sekarang haruslah punya pekerjaan sendiri dan tidak bergantung pada laki-laki. Karena faktanya kini jumlah laki-laki dan perempuan tidaklah imbang. Perempuan sekarang harus lebih mandiri, lebih cerdas, karena belum tentu ada laki-laki yang bertanggung jawab dan masih bisa untuk menjadi pemimpin bagi hidup seorang perempuan. Karena hidup itu tidak seperti dongeng-dongeng pengantar tidur yang selalu live happily ever after.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa perempuan tidak harus mandiri bila memiliki suami yang mapan atau memiliki kedudukan tinggi. Namun, bagaimana bila suatu hari suami yang dianggap ideal tersebut ternyata pergi atau tak sanggup memenuhi kewajiban untuk memberikan nafkah bagi perempuan dan anak-anaknya? Bagaimana dengan laki-laki yang tak bisa memberi rasa aman bagi perempuan, haruskah seorang perempuan tetap bergantung pada laki-laki tersebut? Bahkan banyak kasus perempuan-perempuan yang diposisikan sebagai boneka bagi para laki-laki hanya karena terlalu bergantung pada laki-laki.

Bagi saya, perempuan mapan dari segi financial sangat penting untuk memberikan rasa aman. Karena bahkan zaman pun berubah, dan tidak dapat disamakan dengan dulu-dulu ketika seorang perempuan masih berlindung di balik punggung laki-laki.
Karena pencapaian yang sebenarnya adalah bukan apa yang bisa diberikan oleh orang lain, tetapi bagaimana untuk berdiri sendiri dan memberikan pada orang lain.
Saya kurang setuju bila ada orang yang mengatakan bahwa perempuan tidak boleh memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari laki-laki. Bahkan dalam kehidupan nyata pun, sering saya mendapat teguran-teguran kecil dari kaum laki-laki, karena saya dinilai memposisikan diri saya di atas laki-laki. Padahal kenyataannya, saya tetap mengakui bahwa memang sudah menjadi kodrat bahwa posisi laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Namun dalam kasus ini, saya lihat banyak laki-laki yang tidak mau diungguli dari perempuan, tetapi mereka tidak pernah berusaha untuk lebih unggul dari perempuan. Lalu saya sebagai perempuan harus bagaimana, terus mengalah? Mengalah pada laki-laki yang bahkan tidak memiliki keinginan untuk maju dan hanya mencoba untuk menutupi kelemahannya sendiri tanpa mengembangkan diri? Apakah kepada laki-laki semacam itu seorang perempuan harus bergantung? Saya rasa tidak.

Sebenarnya, bukan berarti saya menyatakan bahwa perempuan harus lebih unggul dari laki-laki. Hanya saja saya tidak suka bila egoisme laki-laki membuat saya sulit untuk berkembang. Menurut saya sangat simpel sih sebenarnya, bila laki-laki tidak mau diungguli oleh perempuan, kenapa mereka tidak mencoba untuk mengembangkan dirinya sendiri? Saya hanya tidak suka dijegal dan dipaksa.

Namun terkadang saya tidak setuju dengan perempuan yang terlalu mandiri hingga merasa dirinya superior dan kehilangan rasa hormatnya pada laki-laki. Saya percaya, masih banyak laki-laki yang tidak egois dan bertanggung jawab sehingga patut untuk dihormati. Walau bagaimanapun juga, seorang perempuan butuh seorang laki-laki sebagai sosok pemimpin. Karena seluruh perempuan, butuh kepastian dan rasa aman. Karena seluruh perempuan membutuhkan sosok laki-laki yang benar-benar pantas untuk menjadi imam. Karena bagaimanapun juga, laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari perempuan.

No comments:

Post a Comment