Tuesday, January 24, 2012

KOTA SAYA

Sudah berminggu-minggu saya tak menengok jendela buram saya. Bukan apa-apa, minggu-minggu kemarin saya sedang memasuki masa ujian, sehingga saya tidak sempat untuk bercerita. Apalagi saya sempat ditimpa musibah yang cukup membuat pikiran saya kosong berhari-hari. Saya jadi terlalu sibuk untuk menata hati dan mengalihkan pikiran.

Besok saya pulang, pulang ke rumah lama saya dan juga ke masa lalu saya. Besok saya pulang, kembali menjumpai diri saya yang lama, yang jejaknya sempat hilang dalam perjalanan saya di perantauan. Besok saya kembali menelusuri waktu lampau saya, yang berjejak di sepanjang bangunan-bangunan tua dan sela-sela toko kelontong di pinggiran kota saya. Atau mungkin jejak-jejak itu bisa saya temukan dalam lumpur-lumpur pematang. Ah, saya tak tahu . . .

Ah, bahkan kota saya mungkin tak layak disebut kota. "Kota" ini hanyalah sebuah kabupaten kecil, yang bahkan banyak orang lupa akan keberadaannya. Tetapi kota inilah yang menjadi alasan saya untuk kembali, karena saya hidup dari masa lalu.

Tidak, kau salah paham. Saya hidup bukan "untuk masa lalu", melainkan "dari masa lalu". Masa lalu itu yang membuat saya berani untuk memutuskan pergi. Ya, saya pergi, agar saya bisa memiliki kesempatan untuk merasakan kebahagiaan dengan kembali, pulang.

Entah kenapa, langit di kota lama saya selalu nampak berbeda. Lebih biru, lebih bening, lebih memikat, dan lebih damai. Langit di kota lain terasa terlalu menyilaukan, dan saya tidak suka. Saya suka dengan kota lama saya, dengan orang-orang yang lebih ramah, dan lebih bisa menerima hidup. Ah, bukankah hidup lebih damai dengan melihat senyum gratis yang ditebar dimana-mana.

Saya rindu dengan kota lama saya.

No comments:

Post a Comment