Friday, January 14, 2011

MASA UJIAN

Saya bukanlah orang suci. Saya juga tidak bisa dikatakan sebagai orang baik. Tetapi setidaknya saya telah mencoba untuk jujur, pada diri saya sendiri . . .

Dua minggu ini, saya memasuki masa ujian di kampus saya. Masa ini adalah masa yang paling berat dan paling membuat saya sebal. Bukan karena susahnya ujian atau saya yang malas belajar (walaupun faktanya saya memang malas, hehe . . :P), tetapi lebih karena saya melihat teman-teman saya melakukan hal yang menurut saya, kotor. MENCONTEK.

Bukan mencontek saling berdiskusi dengan teman sebelah yang saya tak suka. Bagi saya, mencontek seperti ini masih dalam taraf kewajaran, karena setidaknya dia sudah berusaha dan belajar, tetapi kalau memang tidak bisa mengerjakan, ya sudah, terpaksa menempuh jalan itu. Jenis mencontek yang saya benci adalah mencontek dengan mencari-cari kesempatan untuk membuka catatan. Bagi pandangan subjektif saya, itu sama saja dengan mencuri.

Saya tak mau memberi cap negatif, tetapi sesak rasanya hati saya bila melihat teman saya sendiri mencontek dengan cara ini. Apalagi teman saya itu sehari-harinya selalu bertingkah (sok) idealis. Ikut organisasi ini-itu, sering bicara tentang agama dan Tuhan, sering berbicara tentang bagaimana membuat gebrakan baru, dll. Tetapi pada kenyataannya, untuk menghadapi ujian sekecil ini saja dia sudah berbuat curang. Apalagi untuk menghadapi masalah kehidupan nyata, yang sebenarnya jauh lebih keras.

Saya hanya sesak, bagaimana teman saya itu begitu mudah berkata-kata, sehingga seolah-olah dia berpikiran luas. Tetapi kenyataannya, dia berpikiran sempit.

Saya tahu, saya salah bila saya hanya memberikan cap buruk pada orang lain. Saya sendiri juga punya banyak dosa dan kesalahan. Saya hanya ingin mengungkapkan isi hati saya, tentang buruknya mood saya dua minggu ini, setelah melihat kelakuan teman saya itu.

Sebenarnya bukan cuma dua minggu saja sih. Karena dia 'begitu' bukan cuma kali ini saja . . .

Saya sedih. Saya bukannya benci dengan teman saya. Saya sayang dia, dan saya ingin dia berubah. Tetapi saya tidak tahu caranya. Saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat . . .

Saya sedih, saat melihat dia mencari-cari kesempatan saat dosen lengah, dan mengaduk-aduk tasnya untuk mencari catatan. Saya sedih, saat melihat dia bolak-balik pergi ke toilet, hanya untuk melihat catatan yang sudah dia siapkan. Saya sedih, ketika ujian selesai, dia memamerkan kertas kecil contekannya. Saya sedih, ketika dia meminta semua bahan kuliah dari saya, padahal saya tahu itu hanya untuk membuat contekan, sehingga membuat saya merasa serba salah. Saya sedih, ketika yudisium, dia marah-marah karena nilainya ada yang tidak sesuai harapan.

Sebegitu pentingkah nilai di matamu kawan? Padahal itu hanyalah sebuah coretan hitam kecil di atas kertas putih . . .

Nilai terpenting, bagi saya, adalah kejujuran. Dibohongi orang lain saja sudah sakit, apalagi dibohongi diri sendiri. Walau tak disadari, kebohongan itu akan mengubah hati dan diri kita . . .

Saya bukanlah orang yang jujur. Saya juga sering bohong. Tetapi setidaknya saya telah mencoba jujur, pada diri saya sendiri . . .

Maafkan saya ya, yang kini tengah sebal dengan tingkah kamu.

2 comments:

  1. Saya sedang iseng googling tentang mencontek, tiba2 saya mendapatkan blog ini. Saya sangat tertarik bacanya, meskipun pendek tetapi ini sudah mewakili apa yg saya rasakan sekarang.

    Apa yg saya alami sekarang, percis sama seperti yg anda alami, bahkan lebih parah.
    Kalao boleh saya bercerita sedikit, parahnya saya sudah mencapai tahap, saya belajar dan kuliah, saya mencatat dan mendengarkan hanya untuk dia (teman saya) yg mencontek.

    Kita sama-sama berada di posisi yg serba salah.
    Teman saya itu tidak pernah sekalipun mengerjakan ujian murni dr hasil otaknya sendiri.
    Dan sama nya lagi, teman saya juga terkadang mengucapkan kata-kata bijak (maaf, sok beragama).

    Saya juga cerita untuk meminta nasihat,
    Kalau boleh saya sarankan, lebih baik teman seperti ini di-diamkan saja.
    Biarkan pecundang-pecundang seperti mereka bangga dengan kecurangannya.. Mungkin mereka lebih senang hidup seperti itu. Pelajaran yg bisa kita ambil, jangan sampai kita mendapat teman yg cuma mau memanfaatkan kita (take benefit from us).
    Disini kita tau, yg mana the real friend yg mana yg bukan.

    ReplyDelete
  2. iya, makasih ya atas nasehatnya. Saya juga sudah capek dengan teman saya itu, jadi sekarang saya lebih banyak diam.

    ReplyDelete