Tuesday, January 25, 2011

DAN KINI

Dan kini yang tersisa hanyalah senyap
Bahkan senyap itu masih bising terasa
Kau meliuk meretas nyawa, dalam alur panggung tak bertiang, membongkar buncahan ratap, menutup sang relung tawa, bergemuruh, meruntuh dinding kepastian.

Dan kini kau serupa melati, yang dalam anggun putihnya, mampu menebar layangan wewangi.
Aku pun terpikat, terpana, bagai semut yang merindukan kehadiran sang manis.
Merubung, kalap menghirup, tak sabar menderu waktu, mabuk dalam angan.

Dan kini kau pun serupa mata, yang menatap tajam menyorot kelam.
Sampai dalam kedua bola matamu kulihat
kesunyian
Sunyi, yang bahkan mampu menggurat raut-raut kelam dalam lekuk hitam keningmu.

No comments:

Post a Comment